Bojonegoro (Antara Jatim) - Sekitar 30 penambang minyak tradisional di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Sabtu, mengunjungi objek wisata Merapi di Sleman, Yogyakarta, untuk studi banding terkait pengelolaan objek wisata alam.
     
Kepala Pusat Litbang LPPM LPPM UPN “Veteran” Yogyakarta, Dr. Sri Suryaningsum, mengatakan para penambang minyak tradisional di Kecamatan Kedewan, mengunjungi objek wisata Merapi, bersama dengan jajaran SKK Migas.
     
Ikut dalam rombongan Kepala Disbudpar Bojonegoro Amir Syahid, yang mendampingi para penambang minyak tradisional.
     
Selain itu, lanjut dia, kunjungan penambang minyak tradisional ke Gunung Merapi, juga bersama jajaran Pertamina EP Asset 4 Field Cepu, Jawa Tengah, selaku pemilik wilayah kuasa pertambangan kawasan ladang minyak mentah peninggalan Belanda di Kecamatan Kedewan.
     
"Semua rombongan ada 48 personel. Rombongan para penambang dengan didampingi SKK Migas, juga yang lainnya, berangkat ke objek wisata Merapi, pagi ini sekitar 05.00 WIB," jelas dia.
     
Dalam kunjungannya itu, lanjut dia, rombongan akan mengelilingi kawasan Merapi dengan kendaraan jeep, yang menjadi paket wisata di objek wisata di kawasan Gunung Merapi, yang dikelola masyarakat.
     
Para penambang juga akan mengunjungi Museum Merapi, Gua Pindul dan Gunung Api Ngelanggran sekaligus memperoleh paparan dari Tim UPN "Veteran" Yogyakarta, terkait pengelolaan objek wisata. 
     
"UPN "Veteran" Yogyakarta yang selama ini membina wisata Merapi dan Gunung Api Ngelanggran," ucapnya.
     
Lebih lanjut ia menjelaskan kunjungan penambang minyak tradisional ke Merapi ini untuk mengenalkan penambang tradisional sejumlah desa di Kecamatan Kedewan, dalam pengelolaan sebuah objek wisata. 
     
"Merupakan sebuah kesadaran kalau penambang di Bojonegoro, berkeinginan menjadikan lokasi penambangan tradisional menjadi objek wisata," tuturnya.
     
Hal itu, menurut dia, merupakan diversifikasi usaha, karena penambang tidak bisa hanya mengantungkan dari pendapatan minyak mentah. Apalagi, turunnya harga minyak dunia juga membawa pengaruh pendapatan penambang minyak tradisional.
     
"Kami perkirakan harga minyak dunia akan bertahan rendah seperti sekarang ini dalam kurun waktu empat tahun," katanya, menegaskan. 
     
Kepala Bidang (Kabid) Agropolitan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bojonegoro Enggar Dyah Rini Mukti, menyatakan pemkab mendukung pengembangan kawasan wisata penambangan minyak tradisional menjadi objek wisata.
     
"Pemkab sangat mendukung pengembangan penambangan minyak tradisional menjadi objek wisata, karena lokasinya yang unik, merupakan satu-satunya kegiatan penambangan minyak tradisional di dunia," paparnya. (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016