Aroma segar nan harum menguar dari secangkir kopi, menari-nari bak penari sinden yang memikat hati yang gersang memburu tatapan mata di syaraf penciuman. Aroma khas Arabika yang mengundang selera untuk segera "menyeruputnya".

Nuansa harumnya yang unik, terasa menghipnotis dalam dimensi keindahan panorama desa yang membangunkan kesadaran dan membingkai kata nikmat dalam secangkir kopi.

Ya, kopi. Tak lagi nasi tempong, rujak soto atau pecel pithik yang bikin "ngiler", tapi kopi Kemiren menjadi salah satu idola baru bagi para penikmat kopi yang harus dicoba di Banyuwangi.

Kopi Kemiren bukan sekadar kopi, tapi kopi yang diproduksi secara tradisional melalui sangrai, tumbuk, dan akhirnya disajikan.

"'Taste'-nya yang unik berbeda dengan kopi arabika sejumlah daerah penghasil kopi di Indonesia, tingkat asamnya pas banget, warna kopi yang menandakan proses sangrai dengan ketelitian tinggi sehingga tidak terlalu gosong, Pas!" ujar Zabur, wisatawan dari Toraja.

Nah, penyajian Kopi Kemiren juga berbeda, karena di Desa Adat Osing Banyuwangi ada atraksi Gandrung Banyuwangi, Barong Kemiren, atau Jaran Goyang untuk mengawali minum kopi itu. Nikmat, bukan?!.

Merek kopinya juga dilabeli cap "Jaran Goyang". "Jaran Goyang adalah sebuah tarian yang menceritakan seorang gadis yang semula 'jual mahal' kepada seorang pria yang menyukainya," ucap Aekanu Hariyono, Kasi Budaya dan Adat Istiadat Dinas Kebudayaan dan Parwisata Kabupaten Banyuwangi.

Tentu, sang pria pun "gregetan" kepada gadis ini, maka si pria ini memakai aji-aji jaran goyang dengan mantra tertentu dan melempar bunga tujuh rupa hingga si wanita akhirnya luluh dan berganti mengejar si pria. Posisi menjadi terbalik, si gadis menjadi tergila-gila pada si pria. Cinta pun didapat.

Hm, makna "Jaran Goyang" itulah yang ditawarkan kepada penikmat kopi. Maksudnya, jika Anda mencoba Kopi Kemiren itu sekali saja, maka seketika itu Anda akan "tergila-gila" pada Kopi Kemiren itu. dan pastinya anda akan "dolan maning"

Apalagi, di Desa Kemiren juga ada 'event' tahunan yaitu "Festival Ngopi Sepuluh Ewu" yang merupakan 10.000 cangkir kopi yang tersedia di halaman depan rumah semua warga Desa Kemiren untuk "ngopi bareng" di alam terbuka sambil menikmati budaya osingdeles yang unik, dan panorama keindahan persawahan desa di Kabupaten Banyuwangi dalam secangkir kopi.

Cara penyajian dan tradisi "ngopi" itulah yang mungkin membuat seorang bule dari Amerika  memposting sebuah foto saat sedang menikmati secangkir kopi dengan 'caption' "Setidaknya kalian harus mencoba ini sekali sebelum kalian mati". Luar biasa  ?!.

Anda bisa mencoba minum kopi Kemiren atau membeli buah tangan berupa kopi Kemiren dalam kemasan yang ditawarkan dengan beberapa ukuran kemasan. Kopi Kemiren Robusta kemasan 100 gram dihargai Rp7.000, dan Rp25.000 untuk kemasan 350 gram, sementara kopi Kemiren Arabika dihargai Rp35.000 untuk kemasan 250 gram. Anda pun bisa memasan Kemiren Luwak Arabika di sini, namun stok terbatas.

Nah, jangan bilang pecinta kopi, kalo belum menikmati "Original Merchandise of Banyuwangi Culture Osingdeles" Kopi Kemiren. Seperti yang tertera di kardus kemasan " YO IKI TANAH OSING, CACAKEN SEPISAN BAIN, RIKO MESTI BALIK MANING" !!.(*)

Pewarta: Abdullah Rifai

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016