Surabaya (Antara Jatim) - Pakar komunikasi politik asal Universitas Airlangga Surabaya Suko Widodo menyarankan para kandidat Gubernur Jawa Timur yang saat ini mulai muncul jangan sampai menyepelekan media sosial sebagai salah satu alat pemasarannya.

"Kehadiran teknologi informasi baru berupa media sosial saat ini telah mengubah pola komunikasi publik, dan ini yang harus menjadi perhatian kandidat," ujarnya kepada wartawan di Surabaya, Sabtu.

Hanya, kata dia, menggunakan media massa tidak dengan lantas memanfaatkannya untuk hal-hal negatif, namun lebih ke perkenalan visi misi maupun program yang akan dilakukannya saat menjabat kelak.

Kepala Pusat Informasi dan Humas Unair itu mengakui saat ini sudah ada beberapa nama yang disebut-sebut bakal maju sebagai calon Gubernur Jatim periode 2019-2024 menggantikan Soekarwo.

Meski penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) masih dua tahun lagi, namun beberapa kandidat sudah mulai bermunculan dan mencoba merebut simpati masyarakat.

Bahkan, lanjut Suko Widodo, sudah bukan menjadi rahasia publik nama Saifullah Yusuf sekarang tengah mengampanyekan Gerakan Peduli Tetangga yang tujuannya membuat rasa persaudaraan antarwarga semakin erat melalui teknologi informasi.

"Walaupun gerakan ini dilakukan oleh seorang Wakil Gubernur, namun santernya kabar yang berkembang bahwa dia maju Pilkada, tentu akan menjadi penilaian tersendiri di masyarakat," katanya.

Kemudian, nama Ketua DPRD Jatim Abdul Halim Iskandar yang sudah menyatakan kesiapannya di hadapan media untuk maju dalam Pilkada Jatim 2018 dengan memopulerkan sebutan "Pak Halim".

Menurut dia, sikap-sikap tersebut merupakan sesuatu yang lumrah sebagai langkah awal dari proses pemasaran politik, baik terhadap publik maupun partai politik.

"Kandidat sudah mulai 'check sound' ke publik, dan masyarakat seharusnya bersikap kritis karena dikhawatirkan hanya cek kosong tanpa brand yang disertai visi jelas dan terukur," katanya. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016