Trenggalek (Antara Jatim) - Penyadap getah pinus di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, mengeluhkan penurunan produksi getah pinus dampak musim hujan, dari biasanya mencapai kisaran 2,9 ton per bulan menjadi 2 ton.
    
"Setiap musim hujan atau saat perubahan musim yang diwarnai fenomena angin kencang selalu begini, produksi getah turun hingga kisaran 30 persen," tutur Pardi, Ketua Kelompok Penyadap Getah Pinus "Ngadimulyo", Kecamatan Kampak, Rabu.
    
Akibatnya, lanjut dia, penghasilan dari aktivitas buruh sadap ikut mengalami penurunan cukup drastis.
    
Dengan harga (upah) sadap getah pinus Rp3.600 per kilogram di tingkat perhutani, lanjut dia, rata-rata penyadap saat ini hanya mampu mengumpulkan penghasilan rata-rata Rp1,7 juta hingga Rp2 juta per bulan.
    
Hasil penjualan getah pinus tersebut jauh di bawah capaian rata-rata setiap penyadap pada saat musim kering atau kemarau yang bisa mencapai kisaran Rp3,5 juta per bulan.
    
"Satu penyadap dengan asumsi mengelola 30-50 batang pohon pinus bisa menghasilkan getah sekitar 100-an kilogram per bulan. Namun jumlah itu selalu turun saat penghujan begini tinggal sekitar 60-70 kilogram per bulan," ucapnya.
    
Pardi menjelaskan, penjelasan logis penurunan produksi getah pinus pada musim hujan adalah pengaruh suhu udara yang cenderung dingin.
    
"Suhu yang cenderung lembab menyebabkan getah pinus tidak mudah menetes ke batok-batok kelapa yang dipasang di bawah sayatan pohon, tapi menempel di batang," jelasnya.
    
Keluhan serupa diungkapkan penyadap getah pinus, Sali (50). Selain masalah volume produksi yang terus menurun, ia juga mengeluhkan minimnya fasilitas serta peralatan sadap.
    
"Kami sudah beberapa kali minta ke perhutani agar dibantu, tapi katanya suruh minta ke kelompok. Di tingkat kelompok pun hanya dijanjikan, sementara koperasi juga tidak ada," ujarnya.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016