Situbondo (Antara Jatim) - Petugas gabungan dari Perhutani dan Polres Situbondo, Jawa Timur, Rabu meninjau daerah yang rawan longsor, yakni Bungatan dan di kawasan Mlandingan.
Humas Perhutani Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bondowoso Abdul Gani mengatakan pemantauan titik rawan longsor di kawasan hutan lindung yang berada di Kecamatan Bungatan dan Kecamatan Melandingan, Situbondo, itu sebagai langkah antisipasi karena curah hujan yang tinggi.
"Kami melakukan pemantau titik rawan longsor setelah mendapatkan pemberitahuan dari BMKG karena selama bulan Februari hingga Maret akan terjadi hujan lebat. Oleh karena itu kami turun ke lapangan untuk memantau," ujarnya.
Sebelumnya tiga desa di kawasan itu dilanda banjir bandang yang menerjang ratusan rumah warga serta puluhan hektare tanaman lombok serta padi siap panen. Selain itu banjir juga mengakibatkan satu jembatan juga rusak.
Gani mengemukakan dari pemantauan titik rawan longsor di kawasan hutan lindung di Desa Campoan, Kecamatan Melandingan, petugas gabungan dari Kepolisian Sektor Bungatan, dan Perhutani menemukan beberapa titik longsoran kecil, material batu dan lumpur menutup jalan desa setempat.
"Tadi kita sama-sama lihat ada beberapa titik longsoran kecil, tepatnya di petak 11-B KPH Bondowoso, tapi pengguna jalan masih bisa melintas, dan rekan-rekan tadi juga melihat sendri terdapat bekas potongan kayu jati di kemiringan 80 derajat,tetapi itu bukan kawasan Perhutani, melainkan milik desa atau warga, dan seharusnya pada kemiringan 80 derajat, kayu tidak boleh dipotong karena juga akan menjadi penyebab longsor," kata dia.
Ia juga memaparkan Perhutani telah mendirikan pusat komando pengendalian (puskodal) bencana alam di sejumlah titik di KPH Bondowoso yang wilayahnya membawahi Bondowoso dan Situbondo. Puskodal bencana alam itu berada di Kecamatan Melandingan dan Kecamatan Bungatan, Situbondo.
"Ada 125 titik rawan longsor di KPH Bondowoso, makanya kami dirikan posko pengendalian bencana alam," papar Humas Perhutani KPH Bondowoso Abdul Gani. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
Humas Perhutani Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bondowoso Abdul Gani mengatakan pemantauan titik rawan longsor di kawasan hutan lindung yang berada di Kecamatan Bungatan dan Kecamatan Melandingan, Situbondo, itu sebagai langkah antisipasi karena curah hujan yang tinggi.
"Kami melakukan pemantau titik rawan longsor setelah mendapatkan pemberitahuan dari BMKG karena selama bulan Februari hingga Maret akan terjadi hujan lebat. Oleh karena itu kami turun ke lapangan untuk memantau," ujarnya.
Sebelumnya tiga desa di kawasan itu dilanda banjir bandang yang menerjang ratusan rumah warga serta puluhan hektare tanaman lombok serta padi siap panen. Selain itu banjir juga mengakibatkan satu jembatan juga rusak.
Gani mengemukakan dari pemantauan titik rawan longsor di kawasan hutan lindung di Desa Campoan, Kecamatan Melandingan, petugas gabungan dari Kepolisian Sektor Bungatan, dan Perhutani menemukan beberapa titik longsoran kecil, material batu dan lumpur menutup jalan desa setempat.
"Tadi kita sama-sama lihat ada beberapa titik longsoran kecil, tepatnya di petak 11-B KPH Bondowoso, tapi pengguna jalan masih bisa melintas, dan rekan-rekan tadi juga melihat sendri terdapat bekas potongan kayu jati di kemiringan 80 derajat,tetapi itu bukan kawasan Perhutani, melainkan milik desa atau warga, dan seharusnya pada kemiringan 80 derajat, kayu tidak boleh dipotong karena juga akan menjadi penyebab longsor," kata dia.
Ia juga memaparkan Perhutani telah mendirikan pusat komando pengendalian (puskodal) bencana alam di sejumlah titik di KPH Bondowoso yang wilayahnya membawahi Bondowoso dan Situbondo. Puskodal bencana alam itu berada di Kecamatan Melandingan dan Kecamatan Bungatan, Situbondo.
"Ada 125 titik rawan longsor di KPH Bondowoso, makanya kami dirikan posko pengendalian bencana alam," papar Humas Perhutani KPH Bondowoso Abdul Gani. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016