Tulungagung (Antara Jatim) - Sejumlah peternak ayam di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengeluhkan kenaikan harga jagung hingga kisaran 100 persen, yakni dari semula Rp3 ribu menjadi Rp6 ribu per kilogram.
    
"Kenaikan ini dipicu oleh kelangkaan pasokan jagung di pasaran, sehingga harga melonjak dua kali lipat dari sebelumnya," kata Saiful Huda, peternak ayam petelur di Desa Pakel, Kecamatan Ngantru, Tulungagung, Jumat.
    
Saiful menduga, kelangkaan pasokan bahan pakan ternak itu disebabkan penurunan produksi jagung secara nasional selama kurun 2015, dampak kemarau panjang.
    
Selain itu, kata dia, penurunan pasokan juga dipengaruhi oleh larangan peredaran jagung impor di pasaran oleh Kementrian Pertanian.
    
"Informasinya yang saya tahu dari media, jagung impor yang sudah masuk pelabuhan dalam negeri saat ini tertahan di gudang-gudang importir," kata Saiful.
    
Senada, peternak unggas lain di perbatasan Tulungagung-Kediri, Aminudin mengeluhkan dampak buruk penurunan kualitas pakan terhadap produksi telur ayam ternaknya.
    
Menurut Aminudin, kondisi tersebut tidak bisa dihindarkan saat biaya produksi untuk membeli bahan pakan ternak naik 100 persen sehingga mereka terpaksa menyiasatinya dengan menggunakan pakan bergizi rendah.
    
"Dua bulan ini para peternak benar-benar mengalami kesulitan jagung," ujarnya.
    
Padahal, lanjut Aminudin, setiap hari dari sekitar 15 ribu ekor ayam yang kini berada di kandangnya membutuhkan sedikitnya tujuh kuintal jagung.
    
Sementara untuk mendapatkan pasokan jagung seperti kondisi normal tidak bisa, Aminudin dan sejumlah peternak unggas akhirnya memilih menggunakan pakan campuran dengan  mengurangi komposisi jagung.
    
"Bagaimana lagi, kondisi tersebut  sudah tidak bisa dihindari. Kondisi Ini terjadi tidak pada saya saja namun hampir sama dengan ratusan peternak ayam petelur di Tulungagung," ujarnya.
     
Baik Aminudin maupun Saiful Huda mengaku sudah melakukan upaya mendapatkan jagung dengan cara turun langsung ke lapangan guna membeli jagung para petani.
    
"Itupun hasilnya tidak begitu membantu, karena memang jumlah hasil panen jagung belum bisa memenuhi kebutuhan petani. Kondisi kelangkaan jagung mungkin hanya bisa teratasi jika pemerintah membuka kembali impor jagung yang masih tertahan di pelabuhan," ujarnya.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Akhmad Munir


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016