Jika berkunjung ke Banyuwangi, tidak ada salahnya untuk mencoba makanan khas daerah yang dijuluki "Sunrise van Java" tersebut. Nasi Tempong, satu masakan yang memiliki kadar rasa pedas yang menantang.

Ke Kota Banyuwangi belum lengkap jika belum mencicipi nasi tempong atau sego tempong. Begitu memasuki Banyuwangi memang dengan mudah jenis menu ini ditemukan di mana pun, salah satunya Nasi Tempong Mbak Har yang berada di Jalan Depan Pasar Benculuk, Banyuwangi.

Tidak ada yang bisa membantah kelezatan sambal segar atau sambal dadak nasi tempong hingga rasanya begitu menggigit, terasa seperti ditampar. Sekilas penampilan nasi tempong seperti makanan nasi penyetan pada umumnya, namun yang membedakan adalah sambal nasi tempong yang terbuat dari bahan-bahan segar.

"Nasi tempong ini berbeda dengan nasi penyetan, karena sambal dadaknya terbuat dari bahan-bahan yang segar, kemudian dihaluskan dan disajikan ke konsumen, sedangkan sambal dari nasi penyetan harus dimasak dulu dengan minyak kemudian disajikan," kata pemilik Warung Nasi Tempok Mbak Har, Haryati.

Menurutnya, nasi dengan sambal pedas yang menggigit adalah paduan rasa segar tomat ranti, terasi, cabai rawit, dan jeruk sambal. Sambalnya selalu segar karena dibuat langsung begitu kita memesan makanan. 

"Meski dikenal pedas, pembeli bisa mengatur sendiri level pedas yang diinginkan, mau yang pedasnya malu-malu, sedang, atau yang menampar," tuturnya.

Menuju warung Mbak Har yang berada di pinggir jalan tersebut, sudah terlihat antrean dari para pembeli untuk mencicipi "tamparan" dari nasi tempong. Aroma wangi ikan goreng tercium sedap.

Lauk nasi tempong pun bermacam-macam. Ikan goreng mujair, ikan asin, teri goreng, nus atau cumi berkuah hitam, udang goreng tepung, telur pindang, bebek, ayam, dadar jagung, rempela, balado tahu dan sambal.

Sepiring nasi tempong Mbak Har bervariasi, mulai dari Rp15.000 (dengan udang, dadar jagung, tempe serta lalapan) hingga Rp23.000 (dengan bebek, tempe serta lalapan), tergantung lauk yang dipilih.

"Buka mulai pukul 15.00 hingga pukul 00.00, namun biasanya kurang dari pukul 00.00, warung saya sudah tutup. Apalagi ketika akhir pekan, pukul 22.30 terkadang sudah habis, padahal sedikitnya 500 porsi nasi tempong terjual," jelasnya.

Pemandu wisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi, Rofiq menjelaskan nasi tempong awalnya adalah makanan bekal ke sawah, biasanya makanan itu disajikan dalam porsi besar, namun sesuai perkembangan nasi tempong kini menjadi makanan khas Banyuwangi.

"Sesuai namanya, komponen utama yang paling menarik adalah sambalnya. Sambal tempong untuk penyuka rasa pedas dipastikan jadi petualangan baru. Campuran rasa asam yang segar sepertinya didapat dari paduan tomat dan jeruk nipis," tuturnya.

Jadi jika plesir ke Banyuwangi, selain menikmati indahnya pantai-pantai di Banyuwangi, sejuknya pemandangan mangrove di segoro anakan Bedul ataupun berburu blue fire di Gunung Ijen, jangan pernah lupa untuk menikmati nasi tempongnya, karena pedasnya bikin ketagihan. (*)

Pewarta: Laily Widya Arisandhi

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016