Trenggalek (Antara Jatim) - Luas areal tanaman tumpang sari dengan komoditas padi, jagung, kedelai (pajale) di dalam kawasan hutan Perhutani di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur diperkirakan mencapai 30 ribu hektare lebih, jauh lebih besar dari luasan resmi lahan pertanian setempat yang hanya sekitar 16 ribu hektare.
    
"Luas areal panen tanaman palawija, khususnya padi, jagung dan kedelai di kawasan perhutani bisa jadi jauh lebih besar karena selama ini belum masuk data resmi produksi pertanian di dinas kami," kata Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek, Joko Surono di Trenggalek, Jumat.
    
Menurut Joko, kesulitan pendataan areal produksi pertanian di dalam kawasan hutan disebabkan sebagian besar aktivitas penanaman dilakukan secara musiman dan cenderung berpindah tempat, disesuaikan dengan kebijakan pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) yang diberlakukan perhutani
    
Selain itu, lanjut dia, banyak anggota lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) yang tidak mengkoordinasikan pola penanamannya sesuai arahan perhutani, sehingga produksi pertanian yang dihasilkan tidak masuk laporan resmi dan tercatat di dinas pertanian setempat.
    
"Ini yang kami sayangkan karena hanya sedikit yang akhirnya diakui dan bisa menjadi data laporan resmi di dinas pertanian. Sebab memang di tingkat perhutani, komoditas tanaman pertanian yang boleh ditanam harus diselaraskan dengan kebijakan tebangan perhutani serta persemaian tanaman produksi baru, itupun dalam rentang tiga tahun musim tanam pertama," terang Joko.
    
Akibatnya, dalam laporan resmi perhutani luas areal hutan perhutani yang secara resmi dikelola dengan mekanisme PHBM hanya sekitar 1.500 hektare.
    
Data tersebut menurut perkiraan Joko jauh di bawah luasan riil areal panenan palawija di dalam kawasan hutan yang diperkirakan mencapai 30 ribu hektare lebih, dari total areal hutan negara di Trenggalek yang mencapai sekitar 61 ribu hektare.
    
"Kami bekerja sama dengan jajaran perhutani dibantu TNI dan gugus tugas ketahanan pangan di daerah sedang berupaya menyinergikan potensi ini untuk mendukung program ketahanan pangan nasional yang dicanangkan pemerintah," kata Joko.
    
Saat ini, lanjut dia, volume produksi padi di Trenggalek selama kurun 2015 diprediksi tembus sekitar 200 ribu ton, jagung sekitar 80 ribu ton, kedelai sekitar 800 ton.
    
Jika potensi produktivitas pajale di dalam kawasan hutan berhasil dioptimalkan, Joko berharap volume panenan untuk tiga komoditas utama, yakni padi, jagung, dan kedelai bisa ditingkatkan hingga dua kali lipat.
    
"Terutama untuk komoditas jagung dan kedelai, karena dua jenis tanaman ini paling cocok untuk ditanam secara tumpang sari di dalam kawasan hutan," ujarnya.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015