Kediri (Antara Jatim) - Istri Wali Kota Kediri Ferry Silviana Feronica Abdullah Abu Bakar menginginkan agar para pedagang yang berjualan jajanan bisa mengubah pola pemikiran dengan menjual makanan sehat. 

"Saya berharap mereka mau hijrah ke makanan sehat. Segala pengawet dilupakan," katanya saat menghadiri kegiatan workhsop keamanan pangan yang digelar oleh Dinas Kesehatan Kota Kediri di Lotus Hotel Kediri, Kamis. 

Ia mengatakan kegiatan itu sangat positif, terlebih lagi mengundang para pedagang. Ia berharap ilmu baru yang diberikan narasumber bisa dimanfaatkan dan mereka mau mengolah makanan yang dijualnya dengan menggunakan bahan yang lebih sehat.
     
Ia juga menambahkan, pemerintah berupaya semaksimal mungkin untuk memfasilitasi agar para pedagang ini mendapatkan ilmu baru, agar para pedagang lebih paham tentang keamanan makanan yang dijual. Terlebih lagi, makanan itu dikonsumsi anak-anak. 
     
"Pola pemikiran harus diubah. Saya berharap, mereka mau hijrah membuat makanan yang sehat. Pemerintah sudah konsentrasi, tapi penjual tidak mau berubah pola pikirnya, ya tidak bisa," tegas Bunda Fey, sapaan akrabnya.  

Dinas Kesehatan Kota Kediri  mengindikasikan banyak jajanan yang dibuat para pedagang tidak sehat, yang berdasarkan penelitian dan survei langsung dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
     
"Kami sudah lakukan survei langsung, bahkan dengan BPOM dan kami temukan banyak jajanan anak kurang sehat, bahkan mengandung bahan berbahaya," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri Sentot Imam Suprapto.
     
Sentot yang ditemui dalam kegiatan workshop keamanan pangan itu mengatakan banyak anak yang mengonsumsi jajanan berdasarkan kesukaaan, seperti cilok maupun bakso. Jajanan ini juga sering dijual di sekolah-sekolah.
     
Dari sejumlah penelitian, ternyata kandungan jajanan itu ada yang tidak sehat, misalnya saus yang ternyata mengandung bahan berbahaya seperti Rhodamin B yang sering digunakan untuk pewarna tekstil, maupun bahan berbahaya lainnya.
     
Ia mengatakan, dampak jika mengonsumsi makanan yang terkontaminasi bahan berbahaya itu tidak akan langsung terlihat. Dampak itu baru terlihat 5-10 tahun mendatang. Mereka bisa terkena beragam penyakit berbahaya.
     
"Penyakit bisa muncul jika makan makanan yang menggunakan bahan pengawet, misalnya liver, ginjal, sampai saluran pencernaan. Penyakit ini juga tidak langsung muncul, melainkan 5-10 tahun lagi," paparnya.
     
Ia mengaku sengaja mengadakan acara ini dengan mengundang para pedagang. Hal itu sebagai bentuk edukasi, terutama bagi para pedagang agar menjual makanan yang sehat dan tidak berbahaya. Edukasi ini juga demi keamanan jangka panjang.
     
"Ini untuk keamanan jangka panjang, sebab generasi yang mengonsumsi ini mayoritas anak-anak. Jika dibiarkan, nantinya harus menyiapkan anggaran yang lebih tinggi, karena salah konsumsi," ujarnya. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015