Surabaya (Antara Jatim) - Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jawa Timur yang berbasis pelajar dan santri mengeluarkan tiga acuan untuk kalangan pemilih pemula tentang Pilkada Serentak pada 9 Desember.

"Ada tiga acuan yang dapat dijadikan pegangan santri dan pelajar se-Jatim dalam memilih calon pemimpin yang ideal untuk konteks pengembangan daerah," kata Ketua PW IPNU Jatim Haikal Atiq Zamzami di Surabaya, Rabu.

Ditanya tentang sikap IPNU Jatim dalam Pilkada Serentak 2015, ia menjelaskan tiga acuan untuk memilih calon pemimpin versi IPNU Jatim antara lain pemimpin bertipe kepemimpinan multi-arah dan multi-aktor.

"Artinya, seorang kepala daerah dalam memimpin harus mampu menjaga keseimbangan peran masyarakat sipil dan swasta dalam kancah pasar bebas (MEA), tapi dengan mendahulukan peran masyarakat sipil di daerahnya sebagai kekuatan daerah," katanya.

Tipe pemimpin yang memiliki komitmen pada kebijakan-kebijakan pro-kepentingan masyarakat daerah, namun pemimpin itu juga teta[ mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dari aspek investasi.

Tipe ketiga adalah pemimpin yang inovatif dan visioner, karena inovasi dibutuhkan dalam memangkas jalur birokrasi (dalam pelayanan pada masyarakat) yang sering dirasa njlimet (kompleks), lalu visioner dibutuhkan untuk membaca kebutuhan daerah dalam pengembangan masa datang.

"Dengan acuan tiga tipe kepemimpinan itu, maka santri dan pelajar sebagai pemilih pemula akan bisa bersikap cerdas dalam menentukan pilihan," katanya.

Dalam kesempatan itu, IPNU Jatim juga mengapresiasi "kecerdasan" pemerintah yang memusatkan aktivitas pilkada kepada KPU, sehingga masyarakat banyak diuntungkan.

"Pilkada kali ini memang terasa senyap, dalam arti tidak segaduh pilkada-pilkada yang lalu, sebab semua mekanisme kampanye, bahkan atributnya, diatur oleh KPU," katanya.

Dengan begitu, ruang gerak pasangan calon untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat (kampanye mandiri) semakin kecil, sehingga gesekan antarkubu pendukung dapat ditekan.

"Hal ini merupakan sebuah kemajuan demokratisasi di tengah masyarakat. Tapi, KPU dan pasangan calon seharusnya lebih cerdas lagi dengan memanfaatkan interaksi melalui media sosial berbasis internet, sehingga pemilih pemula dapat dengan mudah mengakses informasi seputar pilkada guna pendidikan politik sejak dini," katanya.

Dalam pilkada serentak, PW IPNU Jatim juga menyerukan kepada seluruh pelajar dan santri untuk menolak sikap golput dan menentang keras berbagai tindakan yang mengandung unsur "money politics" yang tidak mendidik pemilih sebagai manusia berdaulat.

Senada dengan itu, Ketua PKPT IPNU Universitas Islam Lamongan (Unisla) M Afif mengajak kepada kadernya, pemilih pemula, dan masyarakat Lamongan untuk memahami betul "track record" (rekam jejak), visi dan misi para calon kepala daerah, serta tidak terjebak dengan jual beli suara melalui sembako dan sejenisnya.

"Apakah mereka lebih mengedepankan program perbaikan kualitas pendidikan, mengentaskan kemiskinan, menciptakan banyak lapangan pekerjaan, dan mengembangkan perindustrian, atau hanya klise," katanya, didampingi Ketua PKPT IPPNU Unisla Lamongan, Wella. (*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015