Yuni Arisandy
Jakarta, (Antara) - Indonesia menyelenggarakan Konferensi Internasional Ulama dan Cendekiawan Muslim ke-4 (the 4th International Conference of Islamic Scholars/ICIS) pada 23-25 November di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim di Malang, Jatim.
"Konferensi ini diadakan sebagai respon atas kondisi dunia Islam yang masih dibayang-bayangi radikalisme, terorisme, konflik internal dan krisis multidimensional yang berdampak pada tatanan dunia secara global," kata Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Esti Andayani di Jakarta, Rabu.
Konferensi internasional tersebut diselenggarakan atas kerja sama Kemlu RI, ICIS, dan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim.
Menurut Esti, untuk konferensi itu, Indonesia mengundang 65 tokoh agama dan ulama berpengaruh dari 34 negara, 500 ulama dari seluruh daerah Indonesia, para akademisi serta duta besar negara sahabat. Beberapa ulama dari negara Barat, seperti Spanyol dan Amerika Serikat, juga akan hadir dalam konferensi tersebut.
"Selain itu, dua kepala negara yaitu Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Razak dan Sultan Brunei, Sultan Hasanal Bolkiah, dijadwalkan hadir untuk menyampaikan 'keynote speech'," ujar dia.
Esti menyampaikan, konferensi ulama dan cendekiawan Muslim itu juga diatur sebagai forum untuk mempromosikan Pancasila kepada dunia internasional serta meneguhkan Islam yang berpaham moderat dan toleransi sebagai ciri khas dari implementasi nilai-nilai Islam.
Sekjen ICIS Ahmad Hasyim Muzadi mengatakan bahwa penyelenggaraan Konferensi Internasional Ulama dan Cendekiawan Muslim ke-4 itu bertujuan memperkuat aliran Islam moderat di Indonesia secara nasional dan dunia internasional secara global.
Menurut Hasyim, pemikiran moderat akan tergerus oleh pemikiran radikal dan liberal jika tidak ada upaya untuk mengelola dengan baik pemikiran tersebut sejak dini.
"Pascareformasi, Indonesia menikmati kebebasan pers dan suasana demokrasi yang dinamis, tapi seiring dengan itu, seluruh aliran dan pemikiran keagamaan masuk secara deras tanpa ada proses penyaringan," tuturnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
Jakarta, (Antara) - Indonesia menyelenggarakan Konferensi Internasional Ulama dan Cendekiawan Muslim ke-4 (the 4th International Conference of Islamic Scholars/ICIS) pada 23-25 November di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim di Malang, Jatim.
"Konferensi ini diadakan sebagai respon atas kondisi dunia Islam yang masih dibayang-bayangi radikalisme, terorisme, konflik internal dan krisis multidimensional yang berdampak pada tatanan dunia secara global," kata Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Esti Andayani di Jakarta, Rabu.
Konferensi internasional tersebut diselenggarakan atas kerja sama Kemlu RI, ICIS, dan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim.
Menurut Esti, untuk konferensi itu, Indonesia mengundang 65 tokoh agama dan ulama berpengaruh dari 34 negara, 500 ulama dari seluruh daerah Indonesia, para akademisi serta duta besar negara sahabat. Beberapa ulama dari negara Barat, seperti Spanyol dan Amerika Serikat, juga akan hadir dalam konferensi tersebut.
"Selain itu, dua kepala negara yaitu Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Razak dan Sultan Brunei, Sultan Hasanal Bolkiah, dijadwalkan hadir untuk menyampaikan 'keynote speech'," ujar dia.
Esti menyampaikan, konferensi ulama dan cendekiawan Muslim itu juga diatur sebagai forum untuk mempromosikan Pancasila kepada dunia internasional serta meneguhkan Islam yang berpaham moderat dan toleransi sebagai ciri khas dari implementasi nilai-nilai Islam.
Sekjen ICIS Ahmad Hasyim Muzadi mengatakan bahwa penyelenggaraan Konferensi Internasional Ulama dan Cendekiawan Muslim ke-4 itu bertujuan memperkuat aliran Islam moderat di Indonesia secara nasional dan dunia internasional secara global.
Menurut Hasyim, pemikiran moderat akan tergerus oleh pemikiran radikal dan liberal jika tidak ada upaya untuk mengelola dengan baik pemikiran tersebut sejak dini.
"Pascareformasi, Indonesia menikmati kebebasan pers dan suasana demokrasi yang dinamis, tapi seiring dengan itu, seluruh aliran dan pemikiran keagamaan masuk secara deras tanpa ada proses penyaringan," tuturnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015