Surabaya, (Antara) - Konsorsium Maritim menilai pengembangan Lapangan Abadi, Blok Masela di Laut Arafura, Maluku dengan skema gas alam cair terapung atau "floating LNG" (FLNG) merupakan opsi terbaik dibandingkan darat.

"Hasil kajian berbagai aspek, baik teknis maupun ekonomis menunjukkan skema FLNG Masela masih lebih baik dibandingkan darat," kata Juru Bicara Konsorsium Maritim Ketut Buda Artana usai diskusi "Teknologi Pengelolaan Sumber Daya Migas di Laut Dalam" yang dibuka Rektor ITS Joni Hermana di Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, Senin.

Rangkuman diskusi tersebut akan diserahkan Konsorsium Martim yang terdiri atas lima institusi yakni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, PT PAL Indonesia (Persero), Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, LHI-BPPT, dan PT Biro Klasifikasi Indonesia (Persero), kepada Presiden Joko Widodo dan instansi terkait.

Menurut Ketut Budi Artana, yang merupakan Wakil Rektor IV ITS, aspek teknis yang dikaji meliputi keselamatan, olah gerak (seakeeping), penanganan dan proses gas, dan geoteknik dan bencana.

Sedangkan, ekonomis mencakup waktu konstruksi, fleksibilitas operasi, investasi, pengaruh terhadap pertumbuhan wilayah dan industri, dan kandungan lokal.

Ia mengatakan, diskusi ditujukan memberi masukan yang obyektif ke pemerintah agar lebih memberi manfaat bagi bangsa dan negara.

"Tidak ada sedikitpun keinginan dari Konsorsium Maritim memperkeruh suasana dan memihak kepada salah satu alternatif teknologi. Ini murni diskusi akademik dan teknis," ujarnya.(*)

Pewarta: Kelik Dewanto

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015