Surabaya (Antara Jatim) - Tim Kampanye Pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini–Whisnu Sakti Buana mengoptimalkan model kampanye kreatif di Pilkada Surabaya 2015.
    
Juru bicara Tim Pemenangan Risma–Whisnu, Didik Prasetiyono, di Surabaya, Minggu, mengatakan kampanye kreatif itu dengan menggunakan konsepnya "crowd funding" dan "crowd sourcing" dalam penggalangan dukungan masyarakat.
    
"Crowd sourcing yakni melibatkan khalayak atau masyarakat dalam segala sesuatu yang berhubungan dengan kampanye, contohnya dalam pengawasan dan pemantauan, model kampanye, serta desain alat peraga kampanye," katanya.
    
Tim kampanye Risma–Whisnu menggunakan jargon-jargon yang sederhana, namun maknanya secara utuh bisa dipahami oleh khalayak, seperti "Iki Suroboyo" atau "Saya Surabaya".
    
"Kita menggunakan jargon yang sederhana, tapi kreatif. Bukan gaya kampanye cobloslah, pilihlah," ujarnya.
    
Didik menambahkan model kampanye kreatif tersebut diaktualisasikan, karena masyarakat menurutnya mempunyai kecenderungan agak bosan dengan kampanye tradisional. Namun demikian, pihaknya tetap tidak meninggalkan model kampanye tradisional dengan memperbanyak silaturahmi dengan masyarakat.
    
"Model kampanye kreatif ini menambah gaya kampanye tradisional," tandas alumnus Universitas Airlangga itu.
    
Pria yang akrab disapa Didong ini mengungkapkan, selain menonjolkan kreativitas, di era teknologi informasi ini, PDIP juga memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk mensosialisasikan pasangan Risma-Whisnu di Pilkada Surabaya.   
    
"PDIP sadar kampanye harus masuk dunia baru, karena generasi sekarang memanfaatkan teknologi informasi begitu luar biasa," tuturnya.
    
Melalui konsep "crowd sourcing", lanjut dia, Tim Pemenangan Risma–Whisnu juga terbantu dengan banyaknya khalayak yang ikut mensosialisasikan pasangan petahana ini melalui media sosial (medsos). Padahal tim kampanye tidak mengeluarkan honor bagi mereka.
    
"Misal di debat pasangan calon, ada yang livetweet dengan menyampaikan apa yang disampaikan Risma–Whisnu di twitter. Ini mirip yang dilakukan relawan Jokowi saat Pilpres lalu," ujar Didik.
    
Ia mengaku penyebaran informasi seputar pasangan calon wali kota dan wakil wali kota yang diusung PDIP ini luar biasa. Padahal, pihaknya tak mengetahui mereka yang membantu sosialisasi berasal dari kalangan mana.
    
"Jadi banyak yang bantu sosialisasi di sosial media, dan mereka bukan dari kalangan relawan kita," ujarnya.
    
Sementara mengenai "crowd funding",  mantan komisioner KPU Jatim ini menjelaskan, hal itu berkaitan dengan pendanaan yang melibatkan partisipasi masyarakat. Didik mengungkapkan, untuk menggali dana kampanye, tim Risma–Whisnu di antaranya menjual beragam merchandise, seperti kaos.
    
"Misalkan kaos Bu Risma, kita jual dengan harga tertentu. Kita terbuka kepada masyarakat, bahwa selisih penjualannya  untuk dana kampanye," ujarnya.
    
Ia mengaku hingga saat ini sudah terjual ribuan atribut kampanye  berupa kaos. Bahkan, Bu Risma pada pertemuan alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya beberapa hari lalu di Jakarta, berhasil menjual kaos kampanye, yang salah satunya seharga Rp1 juta.
    
"Bu Risma berhasil menjual kaos dengan harga sampai Rp1 juta. Tapi kita kasih added value tanda tangan Bu Risma," jelasnya.
    
Didik Prasetiyono mengatakan kaos yang dibubuhi tanda tangan Bu Risma harganya berkisar Rp250 ribuan-an. Meski relatif mahal, namun ternyata banyak masyarakat yang tertarik membeli.
    
"Kita sampaikan ke pembeli, bahwa ini untuk dana kampanye. Mereka mau menyumbang dan mendapatkan kaos itu," katanya.
    
Didik mengungkapkan, selain menjual kaos, pihaknya juga menjual stiker pasangan calon. Penjualan atribut kampanye tersebut dilakukan oleh para relawan pasangan Risma-Whisnu.
    
Didik mengatakan, konsep "crowd sourcing" dan "crowd funding" menjadi bagian materi pada Training Strategi Komunikasi dan Media, yang diselenggarakan PDI Perjuangan bekerja sama dengan FNS (Friedrich Naumann Stiftung), lembaga dari Jerman yang fokus dalam meningkatkan kualitas demokrasi. Training digelar di Ibis Styles Hotel, Jalan Jemursari, Sabtu (14/11).
    
Pelatihan strategi komunikasi dan media tersebut diikuti 19 wakil dari kabupaten/kota yang menyelenggarakan pilkada serentak 2015 dan 6 wakil dari daerah yang memiliki kepala daerah PDIP.
    
Menurut Didik melalui pelatihan tersebut diharapkan akan membantu tim kampanye di berbagai wilayah, salah satunya di Surabaya, untuk  melatih keahlian penyusunan strategi dan penanganan media guna pemenangan pilkada serentak.
    
"Pelatihan ini sungguh bermanfaat, apalagi dengan berbagai simulasi dan praktik penyusunan strategi komunikasi dan media. ini membuat PDIP menjadi partai wong cilik yang modern dan melek teknologi informasi masa kini," ujarnya. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015