Setiap 10 November, hampir di semua instansi dan di sekolah-sekolah digelar upacara bendera memperingati Hari Pahlawan, rutin setiap tahunnya.

Tapi, hampir selama ini digelar sekadar formal dan sifatnya wajib, tanpa kegiatan tambahan yang membuat para pemuda jiwanya menggelora, khususnya "Arek-arek Suroboyo".

Hartoyik, salah satu saksi hidup peristiwa 10 November 1945, memimpikan adanya kegiatan-kegiatan yang menjadi kebyar untuk mengingatkan perjuangan melawan sekutu.

"Seandainya setiap memperingati Hari Pahlawan digelar lomba-lomba, karnaval, atau kegiatan lain yang tujuannya mengingat sejarah," ujar pejuang yang berusia 16 tahun saat 10 November 1945 itu.

Pria yang kini usianya 86 tahun itu berharap anak-anak zaman sekarang tidak luntur semangat kepahlawanannya dan sifat cinta Tanah Air tetap terjaga.

"Kegiatan-kegiatan semacam itu bisa untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme generasi bangsa sekarang. Kebyar-kebyar Hari Pahlawan jangan sampai ditiadakan," ucapnya.

Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kota Surabaya itu juga mengkritik pemerintah yang dinilainya kurang memberi perhatian serius karena tidak adanya imbauan resmi ke masyarakat mengibarkan bendera merah putih di bulan November.

"Kalau merah putih berkibar di mana-mana, tentu para pejuang sudah gugur mendahului kita bisa tersenyum dan bangga. Sebab perjuangan mereka kini bisa dirasakan masyarakat Indonesia," katanya.

Melalui momentum Hari Pahlawan ke-70 tahun ini, Hartoyik berharap impiannya terwujud. Kegiatan dan lomba-lomba di permukiman hidup, bendera merah putih berkibar, dan kebyarnya setiap November tak pernah berhenti menggema. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015