Surabaya (Antara Jatim) - Putra Indonesia yang juga CEO Wardour and Oxford, Wempy Dyocta Koto, siap memasarkan produk perusahaan di Indonesia yang lokal menjadi "go international" (global).
"Saya sudah mengglobalkan produk lokal dari Indonesia, seperti Kebab Turki Baba Rafi yang kini sudah hadir di sejumlah negara tetangga, seperti Malaysia dan Filipina," katanya di Surabaya, Rabu.
Tidak hanya itu, pria kelahiran Padangpanjang, Sumatera Barat, 14 Oktober 1976, itu juga sudah "mengglobalkan" Ayam Bakar Mas Mono, Piramizza, kripik pedas Maicih yang dipopulerkan dengan nama Spacy Granny, dan sebagainya.
"Saya tidak memulai dari nol. Modal saya adalah pengalaman selama satu dekade bekerja dengan 'brand' global di London, San Francisco, Hong Kong, Singapura, dan Sydney. Saya yakin kita juga bisa," ujarnya.
Meski demikian, upaya untuk mempromosikan dan memasarkan produk-produk lokal menjadi go international bukan berarti tanpa kendala.
"Perbedaan kebijakan pemerintah, sensitivitas budaya, pendapat konsumen, area yang kompetitif, hingga strategi pasar di setiap negara berbeda akan menjadi bagian dari persoalan yang harus dipecahkan," ungkapnya.
Oleh karena itu, penghobi olahraga selancar itu menyadari usaha jasa berbendera "Wardour and Oxford" yang dikembangkan itu membutuhkan riset, kolaborasi, dan inovasi.
"Kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, komunikasi, melek informasi, dan kolaborasi adalah hal yang penting," tandasnya.
Namun, Wempy menilai kesuksesan yang bagi sebagian besar orang adalah impian dan tujuan itu, maka bagi dirinya justru sukses adalah candu dan gagal adalah penting.
"Saya tidak bisa menjalani kehidupan dengan cara duduk di balik meja sesuai perintah. Saya selalu memiliki sejumlah ambisi, saya memiliki mimpi-mimpi baru, dan butuh saat-saat yang sulit untuk menghentak naluri saya," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
"Saya sudah mengglobalkan produk lokal dari Indonesia, seperti Kebab Turki Baba Rafi yang kini sudah hadir di sejumlah negara tetangga, seperti Malaysia dan Filipina," katanya di Surabaya, Rabu.
Tidak hanya itu, pria kelahiran Padangpanjang, Sumatera Barat, 14 Oktober 1976, itu juga sudah "mengglobalkan" Ayam Bakar Mas Mono, Piramizza, kripik pedas Maicih yang dipopulerkan dengan nama Spacy Granny, dan sebagainya.
"Saya tidak memulai dari nol. Modal saya adalah pengalaman selama satu dekade bekerja dengan 'brand' global di London, San Francisco, Hong Kong, Singapura, dan Sydney. Saya yakin kita juga bisa," ujarnya.
Meski demikian, upaya untuk mempromosikan dan memasarkan produk-produk lokal menjadi go international bukan berarti tanpa kendala.
"Perbedaan kebijakan pemerintah, sensitivitas budaya, pendapat konsumen, area yang kompetitif, hingga strategi pasar di setiap negara berbeda akan menjadi bagian dari persoalan yang harus dipecahkan," ungkapnya.
Oleh karena itu, penghobi olahraga selancar itu menyadari usaha jasa berbendera "Wardour and Oxford" yang dikembangkan itu membutuhkan riset, kolaborasi, dan inovasi.
"Kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, komunikasi, melek informasi, dan kolaborasi adalah hal yang penting," tandasnya.
Namun, Wempy menilai kesuksesan yang bagi sebagian besar orang adalah impian dan tujuan itu, maka bagi dirinya justru sukses adalah candu dan gagal adalah penting.
"Saya tidak bisa menjalani kehidupan dengan cara duduk di balik meja sesuai perintah. Saya selalu memiliki sejumlah ambisi, saya memiliki mimpi-mimpi baru, dan butuh saat-saat yang sulit untuk menghentak naluri saya," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015