Surabaya (Antara Jatim) - Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya akan melakukan evaluasi lebih lanjut terkait dengan meninggalnya dua mahasiswa baru ketika mengikuti Diklat Dasar (Diklatsar) Pecinta Alam pada Sabtu (17/10) malam.

"Setelah peristiwa meninggalnya dua mahasiswa UINSA saat mengikuti Diklatsar Pecinta Alam, pihak kampus akan melakukan evaluasi serta akan memperketat seleksi mahasiswa yang akan mendaftar sebagai anggota Pecinta Alam," kata Rektor UINSA, Prof Abdul A’la ketika dihubungi melalui telepon selular di Surabaya, Minggu.

Dua mahasiswa yang meninggal yaitu Yudi Akbar Rizky, 18, mahasiswa semester I Jurusan Psikologi dan Lutfi Rahmawati, 19, mahasiswa semester III dari Fakultas Matematika dan Saintek.

Ia mengatakan, pihaknya saat ini masih melakukan rapat koordinasi untuk menghasilkan keputusan agar peristiwa semacam ini tidak akan terjadi lagi serta nantinya akan ada seleksi khusus untuk penerimaan anggota baru yang membutuhkan keterangan surat kesehatan dari dokter.

“Kami sudah mengadakan rapat koordinasi, selain itu kami juga nantinya akan lebih ditegaskan untuk rekruitmen Pecinta Alam ini khususnya harus yang benar-benar memiliki kesehatan prima, khususnya yang akan mengikuti diklatsar,” imbuhnya.

Menurut dia, peristiwa ini merupakan murni karena musibah yang diketahui akibat dari riwayat penyakit mahasiswa, bukan adanya unsur kekerasan dari panitia diklatsar.

"Setelah kami kroscek dari semua kalangan mulai dari panitia, teman-teman yang lain ini tidak ada unsur kekerasan antara mereka, dan sudah sesuai prosedur, mereka yang ikut juga sudah menyerahkan surat dokter, lalu surat izin dari orangtua. Jadi ini di luar batas kemampuan teman-teman panitia Diklatsar Pecinta Alam,” imbuh dia.

Di sisi lain, ibunda Yudi Akbar Rizky (18), Retno Windarti (54)

tak henti-hentinya menangis setelah mendengar kabar meninggalnya Rizky

sangat mendadak karena kabar meninggalnya Rizky baru diterima pada

Minggu sekitar pukul 00.30 WIB, padahal sang anak sudah meninggal

sekitar delapan setengah jam sebelumnya.

"Sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara, Rizky sangat dipedulikan keadaannya oleh keluarga.

Ketika Rizky keluar rumah, saat itulah terakhir kali kami berkomunikasi

dengan Rizky. Sehari setelah itu kami beberapa kali menelepon dia,

namun panggilan itu tidak pernah tersambung, namun kami menduga bahwa

ponselnya tidak ada sinyal," ujarnya ketika ditemui di Jalan Gajah Mada

I/35, Surabaya.

Sebelumnya, Mapala UINSA menggelar Diklatsar

sejak Rabu (14/10) di Lokasi Wana Wisana Sumuran RPH Rejosari, Dusun

Bekur, Sumberejo, Pagak, Kabupaten Malang, namun pada Sabtu (17/10). (*)

Pewarta: Laily Widya Arisandhi

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015