Malang (Antara Jatim) - Wali Kota Malang Moch Anton menyatakan jalur satu arah di lingkar Universitas Brawijaya (UB) Malang lebih efektif untuk mengatasi kemacetan di kawasan itu daripada jalur dua arah seperti saat ini.

"Kalau berdasarkan kajian sebelumnya, penerapan jalur satu arah di kawasan lingkar UB lebih efektif untuk mengurai kemacetan. Karena itu, sekarang kita kaji kembali setelah jalur di wilayah itu dikembalikan menjadi sua arah setelah ada penolakan dari warga beberapa waktu lalu," kata Moch Anton di sela rapat koordinasi Forul Lalu Lintas Kota Malang di Balai Kota Malang, Jumat.

Ia mengakui pengkajian kembali penerapan jalur satu arah yang sempat diujicobakan tahun lalu itu karena ada keluhan masyarakat, baik karena kemacetan semakin parah maupun tingginya intensitas kecelakaan di kawasan itu.

Anton mengemukakan penolakan warga sekitar lingkar UB tahun lalu, kini mulai dikaji kembali. Sejak DPRD meminta deadline waktu 4 bulan untuk mengkaji ulang dan jalan dikembalikan menjadi dua arah, secara de facto jalur tersebut kembali menjadi dua arah dan sekarang menimbulkan polemik kembali dengan keluhan masyarakat terkait kemacetan.

"Hasil kajian forum ini akan menjadi acuan pemerintah untuk mencabut tidaknya perwali tentang jalur satu arah di lingkar UB dan perguruan tinggi lain. Apapun hasil kajiannya tidak masalah, yang penting masalah yang terjadi bisa terselesaikan," ujarnya.

Sampai sekarang Pemkot Malang belum mencabut Perwali Nomor 35 Tahun 2013 tentang penerapan jalur satu arah di kawasan itu, meski kenyataan di lapangan tetap diterapkan jalur dua arah.

"Dulu waktu satu arah, ketika terjadi kecelakaan yang disalahkan jalur satu arahnya dan sekarang, setelah kembali dua arah, banyak terjadi kemacetan lagi, yang disalahkan jalur dua arah. Kami bingung, makanya kami minta Forum Lalu Lintas mengkaji ulang kemacetan di kawasan itu agar pemkot tidak dianggap melakukan pembiaran," tegas Anton.

Ia mengaku pihaknya menunggu hasil kajiannya, baik dua arah maupun satu arah atau mungkin ada alternatif lain soal buka tutup di kawasan itu juga tidak masalah. "Sebenarnya, hasil kajian kami sebelumnya menyebutkan jalur yang efektif di kawasan itu tetap satu arah," ucapnya.

Hanya saja, pernyataan wali kota Malang menyebut penerapan jalur satu arah di lingkar UB lebih efektif dibanding jalur dua arah, ternyata tidak sesuai dengan hasil kajian akademisi.

Data dari Laboratorium Transportasi dan Penginderaan Jauh Fakultas Teknik (FT) UB menyebutkan bahwa penerapan dua arah lebih efektif mengurai kemacetan dari pada satu arah.

Ketua Laboratorium Hendi Bowoputro mengatakan kajian ini dilakukan dengan membandingkan derajat kejenuhan arus lalu lintas di lingkar UB, antara penerapan dua arah dan satu arah plus kompensasi jalur angkutan kota. "Derajat kejenuhan ini dihitung dari kapasitas jalan dengan volume kendaraan di kawasan itu," ujarnya.

Ia mengatakan dari lima simpang di lingkar UB, ada tiga simpang yang memiliki derajat kejenuhan lebih rendah ketika penerapan dua arah. Tiga simpang itu adalah simpang empat di Jalan Bandung-Veteran- Bogor, simpang empat Jalan Coklat-Soekarno Hatta- Cengkeh, dan simpang empat Jalan Veteran-Bendungan Sutami- Bendungan Sigura gura-Jalan Sumbersari, memiliki arus lalu lintas lebih lancar ketika diterapkan dua arah.

Sementara, hasil kajian untuk ruas jalan justru menunjukkan perbandingan significan. Enam ruas, dari delapan ruas jalan di lingkar UB memiliki derajat kejenuhan lebih rendah yang berarti arus lalu lintas lebih lancar ketika diterapkan dua arah.

Enam ruas itu yakni Jalan Mayjen Panjaitan, Jalan MT Haryono, Soekarno Hatta lintas selatan ke utara (S-U), Jalan Soekarno Hatta lintas utara ke selatan (U-S), Jalan Sumber Sari, dan Jalan Veteran lintas timur ke barat (T-B).

Sedangkan penerapan satu arah hanya memperlancar arus lalu lintas di ruas Jalan Bogor dan Jalan Veteran lintas barat ke timur (B-T). "Dari data ini, masyarakat sudah bisa menilai, biar masyarakat yang menyimpulkan sendiri atas kajian yang kai lakukan ini," katanya.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015