Malang (Antara Jatim) - Organisasi Protection of Forest and Fauna (ProFauna) Indonesia berpendapat bahwa menebang pohon di hutan yang dilakukan secara terus menerus sama saja dengan melakukan upaya pemusnahan manusia secara perlahan di muka bumi ini.

"Melakukan penebangan hutan atau kegiatan lain yang merusak hutan sama saja membunuh manusia secara perlahan, sebab hutan merupakan paru-paru dunia. Jika hutan terus menerus ditebang dan berkurang, lambat laun keberadaan manusia di muka bumi ini akan punah," kata koordinator ProFauna Indonesia Swasti Prawidya Mukti di sela-sela aksi di depan Balai Kota Malang, Sabtu.

Ia mengakatan hutan di Indonesia saat ini hanya tinggal seluas 82 juta hektare. Kondisi itu sangat kurang mengingat pertumbuhan penduduk Indonesia dan polusi udara yang terus meningkat.

Sementara itu dalam aksinya di halaman gedung Balai Kota Malang, beberapa orang terlihat menutupi badannya dengan spanduk bergambar pohon dan melambaikan tangannya sambil memegang dedaunan seolah meminta pertolongan. Disamping mereka ada seorang laki-laki memegang gergaji mesin dan mengarahkannya kepada orang-orang tersebut, tak lama kemudian setiap orang yang mengenakan spanduk bergambar pohon tersebut jatuh dan tumbang karena ditebang.

Orang-orang tersebut adalah para aktivis Profauna yang sedang melakukan aksi teaterikal yang menggambarkan kegiatan penebangan hutan, sehingga mengakibatkan berkurangnya luas hutan dan menimbulkan kerugian secara ekonomi, ekologi dan sosial.

Para aktivis ProFauna tersebut juga mengajak masyarakat untuk membantu melestarikan hutan dengan cara-cara sederhana, seperti menghemat penggunaan kertas, mengurangi penggunaan produk sawit dan tidak berburu satwa liar.

Selain menyoroti kegiatan penebangan hutan yang dilakukan secara terus menerus, Profauna juga "menyentil" keberadaan Hutan Kota Malabar di Kota Malang yang menjadi polemik di kalangan masyarakat setempat. ProFauna berharap Hutan Kota Malabar tidak mengalami kerusakan ekologis.

Menurut Swastika, keadaan fauna di Hutan Kota Malang terus berkurang tiap tahunnya. "Fauna seperti burung-burung lebih sedikit jumlahnya yang hinggap di pohon-pohon hutan kota dibanding tahun-tahun sebelumnya. Ini harus diperhatikan benar oleh pemeritnah," ujarnya.

Revitalisasi Hutan Kota Malabar yang akhirnya diurungkan itu, katanya, harus benar-benar mendukung ekologi hutan, termasuk kelangsungan hidup fauna di hutan itu. Revitalisasi yang tepat, tidak ada pembangunan fasilitas untuk manusia yang berlebihan agar fauna tidak merasa terancam.

"Lebih baik jika jenis pohon ditambah, itu salah satu cara mengundang burung-burung dan fauna lain untuk berdatangan. Dengan banyaknya fauna-fauna di hutan kota, akan membantu mempertahankan kondisi hutan untuk menekan polusi udara di perkotaan," ucapnya.

Selain itu, fauna ataupun hewan-hewan di hutan berfungsi menyebarkan biji tumbuhan, sehingga tumbuhan di hutan akan terus ada. Jika fauna sudah tidak ada, hutan tidak akan bisa bertahan lama. "Kondisi ini akan berpengaruh terhadap kelangsungan kehidupan kota, oleh karenanya Profauna berharap pemkot dapat melakukan revitalisasi hutan dengan benar.(*)

Pewarta: Edang Sukarelawati

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015