Surabaya, (Antara Jatim) - Rombongan Komisi I DPR yang berjumlah 17 orang meninjau langsung pembuatan kapal perang pesanan Filipina di galangan kapal milik PT PAL Indonesia yang terletak di ujung Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Jumat.
Wakil Ketua Komisi I DPR RI Hanafi Rais yang menjadi juru bicara dalam kunjungan itu mengatakan, kunjungan ini adalah bagian dari fungsi pengawasan DPR yakni melakukan kunjungan kerja, dan di Komisi I mempunyai panitia kerja alat utama sistem persenjataan (alutsita).
"Kemarin kita sudah melakukan rapat internal bagaimana modernisasi dan 'up-date' teknologi yang dijalankan pemerintah, terutama dalam tahapan pembangunan 'Minimum Essential Force' (MEF) tahap kedua, sehingga hari ini kita tinjau bersama-sama di PT PAL Indonesia," kata Hanafi di Surabaya.
Ia mengatakan, hasil kunjungan dan koordinasi dengan PT PAL Indonesia akan dijadikan bahan dalam rapat selanjutnya bersama Kementerian Pertahanan, agar bisa membantu supaya tahapan pembangunan kapal perang di PT PAL Indonesia tidak mengalami kendala.
"Termasuk terkait anggaran kapal selam, kita harap jangan sampai masalah adanya kekurangan anggaran membuat spesifikasi kapal pesanan dan tahapan yang dibangun PT PAL Indonesia terkendala," ucapnya.
Hanafi mengakui, secara umum Komisi I DPR siap memfasilitasi dan mendukung peningkatan kapasitas nasional melalui pembangunan kemaritiman, khususnya di bidang alutsita, oleh karena itu pihaknya mendorong agar tahapan yang sudah dibangun PT PAL Indonesi bisa terus berjalan.
Sementara itu, Direktur Utama PT PAL Indonesia (Persero), M Firmansyah mengatakan pembuatan kapal perang pesanan Filipina kini sudah sesuai target, dan telah memasuki 70 persen dari seluruh bentuk kapal jenis "Strategic Sealift Vessel" (SSV).
"Sudah sesuai target, dan kini sudah masuk sekitar 70 persen, kita harapkan pada Desember 2016 sudah bisa kita luncurkan," ucap Firmansyah.
Sebelumnya, dalam mempercepat proyek pengerjaan kapal PT PAL Indonesia menerapkan strategi terpisah di enam titik, dan masing-masing titik mempunyai target tersendiri, sehingga proses pembuatan bisa lebih cepat dan sesuai target yang ditentukan.
Kapal perang SSV merupakan produk alutsita pertama yang berhasil dieskpor ke luar negeri oleh Indonesia.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
Wakil Ketua Komisi I DPR RI Hanafi Rais yang menjadi juru bicara dalam kunjungan itu mengatakan, kunjungan ini adalah bagian dari fungsi pengawasan DPR yakni melakukan kunjungan kerja, dan di Komisi I mempunyai panitia kerja alat utama sistem persenjataan (alutsita).
"Kemarin kita sudah melakukan rapat internal bagaimana modernisasi dan 'up-date' teknologi yang dijalankan pemerintah, terutama dalam tahapan pembangunan 'Minimum Essential Force' (MEF) tahap kedua, sehingga hari ini kita tinjau bersama-sama di PT PAL Indonesia," kata Hanafi di Surabaya.
Ia mengatakan, hasil kunjungan dan koordinasi dengan PT PAL Indonesia akan dijadikan bahan dalam rapat selanjutnya bersama Kementerian Pertahanan, agar bisa membantu supaya tahapan pembangunan kapal perang di PT PAL Indonesia tidak mengalami kendala.
"Termasuk terkait anggaran kapal selam, kita harap jangan sampai masalah adanya kekurangan anggaran membuat spesifikasi kapal pesanan dan tahapan yang dibangun PT PAL Indonesia terkendala," ucapnya.
Hanafi mengakui, secara umum Komisi I DPR siap memfasilitasi dan mendukung peningkatan kapasitas nasional melalui pembangunan kemaritiman, khususnya di bidang alutsita, oleh karena itu pihaknya mendorong agar tahapan yang sudah dibangun PT PAL Indonesi bisa terus berjalan.
Sementara itu, Direktur Utama PT PAL Indonesia (Persero), M Firmansyah mengatakan pembuatan kapal perang pesanan Filipina kini sudah sesuai target, dan telah memasuki 70 persen dari seluruh bentuk kapal jenis "Strategic Sealift Vessel" (SSV).
"Sudah sesuai target, dan kini sudah masuk sekitar 70 persen, kita harapkan pada Desember 2016 sudah bisa kita luncurkan," ucap Firmansyah.
Sebelumnya, dalam mempercepat proyek pengerjaan kapal PT PAL Indonesia menerapkan strategi terpisah di enam titik, dan masing-masing titik mempunyai target tersendiri, sehingga proses pembuatan bisa lebih cepat dan sesuai target yang ditentukan.
Kapal perang SSV merupakan produk alutsita pertama yang berhasil dieskpor ke luar negeri oleh Indonesia.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015