Banyuwangi (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, tahun ini mengalokasikan Rp19 miliar untuk penanganan kasus HIV/AIDS yang akan dilakukan secara terintegrasi.
"Di dalam APBD Perubahan 2015 kami telah menambah alokasi anggaran untuk peningkatan fasilitas dalam penanganan masalah HIV/AIDS. Kami juga terus mendorong agar tidak ada stigma dan diskriminasi kepada ODHA (orang dengan HIV/AIDS)," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat koordinasi dan evaluasi dengan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAID) dan Dinas Kesehatan setempat di Banyuwangi, Selasa.
Ia mengatakan alokasi dana tersebut digunakan untuk Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM), Care, Support, Treatment (CST), dan Reagan (alat pendeteksi HIV/AIDS khusus bagi ibu hamil) yang akan diperbanyak di RSUD dan puskesmas.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi dr Widji Lestariono menambahkan saat ini Pemkab Banyuwangi memiliki PTRM yang ditempatkan di RSUD Genteng, pelayanan CST di RSUD Blambangan dan RSUD Genteng.
"Tentunya ini sangat belum mencukupi. Karena itu, tahun ini dengan alokasi dana yang ada, kami menambah PTRM di RSUD Blambangan dan CST di lima puskesmas, yaitu Puskesmas Singojuruh, Sobo, Genteng Kulon, dan Puskesmas Keduungrejo, Muncar," kata dr Rio, sapaan akrab Widji Lestariono.
Pemkab Banyuwangi juga akan membeli reagan atau alat pendeteksi HIV/AIDS bagi ibu hamil untuk melengkapi klinik voluntary conseling and testing (VCT) atau klinik yang mampu memberikan layanan konseling dan mendeteksi virus HIV/AIDS. Saat ini Banyuwangi memiliki 21 klinik, yaitu di RSUD Blambangan, RSUD Genteng, dan 19 puskesmas.
"Alat pendeteksi untuk ibu hamil ini penting agar bisa ditangani secara baik sejak awal jika ditemukan kasus HIV/AIDS," tuturnya.
Bupati Anas menambahkan, kampanye soal HIV/AIDS akan ditingkatkan melalui media sosial dan media konvensional seperti radio, media online, dan media cetak. Begitu juga di sekolah-sekolah sosialisasi lebih diintensifkan.
"Di pertemuan rutin tiga bulanan yang melibatkan kepolisian, TNI, aparat desa, dan tokoh masyarakat juga akan disosialisasikan masalah ini secara lebih masif, " ujar Bupati Anas.
Anas mengatakan, secara rutin setiap tiga bulan sekali, pemerintah akan mengadakan rakor khusus pemantauan penanganan HIV/AIDS bersama instansi terkait.
"Thailand yang pernah menjadi negara dengan penderita HIV-nya terbesar di Asia, mampu menurunkan hingga 90 persen. Kita juga pasti bisa asal ada komitmen," ujar Anas.
Jumlah orang yang positif HIV/AIDS di Banyuwangi sampai saat ini mencapai 2.358 orang. Jumlah tersebut adalah data yang dideteksi yang dilakukan secara masif mulai tahun 1999-2015. Dari jumlah itu rata-rata didominasi kaum perempuan dengan berbagai profesi, mulai dari ibu rumah tangga hingga karyawan swasta.
"Untuk HIV memang didominasi perempuan, tetapi pada tahapan AIDS yang paling banyak didominasi laki-laki," ujar dr Rio. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
"Di dalam APBD Perubahan 2015 kami telah menambah alokasi anggaran untuk peningkatan fasilitas dalam penanganan masalah HIV/AIDS. Kami juga terus mendorong agar tidak ada stigma dan diskriminasi kepada ODHA (orang dengan HIV/AIDS)," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat koordinasi dan evaluasi dengan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAID) dan Dinas Kesehatan setempat di Banyuwangi, Selasa.
Ia mengatakan alokasi dana tersebut digunakan untuk Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM), Care, Support, Treatment (CST), dan Reagan (alat pendeteksi HIV/AIDS khusus bagi ibu hamil) yang akan diperbanyak di RSUD dan puskesmas.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi dr Widji Lestariono menambahkan saat ini Pemkab Banyuwangi memiliki PTRM yang ditempatkan di RSUD Genteng, pelayanan CST di RSUD Blambangan dan RSUD Genteng.
"Tentunya ini sangat belum mencukupi. Karena itu, tahun ini dengan alokasi dana yang ada, kami menambah PTRM di RSUD Blambangan dan CST di lima puskesmas, yaitu Puskesmas Singojuruh, Sobo, Genteng Kulon, dan Puskesmas Keduungrejo, Muncar," kata dr Rio, sapaan akrab Widji Lestariono.
Pemkab Banyuwangi juga akan membeli reagan atau alat pendeteksi HIV/AIDS bagi ibu hamil untuk melengkapi klinik voluntary conseling and testing (VCT) atau klinik yang mampu memberikan layanan konseling dan mendeteksi virus HIV/AIDS. Saat ini Banyuwangi memiliki 21 klinik, yaitu di RSUD Blambangan, RSUD Genteng, dan 19 puskesmas.
"Alat pendeteksi untuk ibu hamil ini penting agar bisa ditangani secara baik sejak awal jika ditemukan kasus HIV/AIDS," tuturnya.
Bupati Anas menambahkan, kampanye soal HIV/AIDS akan ditingkatkan melalui media sosial dan media konvensional seperti radio, media online, dan media cetak. Begitu juga di sekolah-sekolah sosialisasi lebih diintensifkan.
"Di pertemuan rutin tiga bulanan yang melibatkan kepolisian, TNI, aparat desa, dan tokoh masyarakat juga akan disosialisasikan masalah ini secara lebih masif, " ujar Bupati Anas.
Anas mengatakan, secara rutin setiap tiga bulan sekali, pemerintah akan mengadakan rakor khusus pemantauan penanganan HIV/AIDS bersama instansi terkait.
"Thailand yang pernah menjadi negara dengan penderita HIV-nya terbesar di Asia, mampu menurunkan hingga 90 persen. Kita juga pasti bisa asal ada komitmen," ujar Anas.
Jumlah orang yang positif HIV/AIDS di Banyuwangi sampai saat ini mencapai 2.358 orang. Jumlah tersebut adalah data yang dideteksi yang dilakukan secara masif mulai tahun 1999-2015. Dari jumlah itu rata-rata didominasi kaum perempuan dengan berbagai profesi, mulai dari ibu rumah tangga hingga karyawan swasta.
"Untuk HIV memang didominasi perempuan, tetapi pada tahapan AIDS yang paling banyak didominasi laki-laki," ujar dr Rio. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015