Magetan (Antara Jatim) - Para perajin sepatu dari bahan kulit di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, mengalami kerugian akibat dampak dari anjloknya atau melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Kerugian tersebut salah satunya dialami oleh perajin sepatu dan sandal kulit, Budi Ridarwan, di sentra kerajinan kulit Jalan Sawo, Kelurahan Selopuro, Magetan. Melemahnya nilai tukar Rupiah berimbas pada kenaikan bahan baku kulit yang digunakan untuk membuat sepatu dan sandal.
"Bahan kimia untuk menyamak kulit naik, otomatis harga kulit juga ikut naik. Dulu saat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika masih dikisaran Rp11.000 hingga Rp12.000, harga kulit mencapai Rp16.000 per fit. Tapi sekarang tembus Rp20.000 per fit," ujar Budi Ridarwan, kepada wartawan, Senin.
Untuk menekan kerugian yang semakin besar, para perajin terpaksa mengurangi jumlah produksi. Produksi lebih mengutamakan pesanan pembeli yang telah masuk.
Sisi lain, perajin tidak dapat menaikkan harga jual karena sepatu dan sandal yang dibuat rata-rata merupakan pesanan yang telah diorder sebelum nilai tukar rupiah jatuh.
"Kalau melihat kenaikan harga bahan baku, idealnya para perajin ikut menaikkan harga jual sepatu dan sandal hingga 20 persen dari harga lama," kata dia.
Pihaknya cemas, jika kondisi ini tetap bertahan, dapat berakibat usaha yang telah digeluti sejak belasan tahun terancam bangkrut.
Ia berharap, pemerintah segera mengambil kebijakan yang tepat agar nilai tukar rupiah kembali menguat dan stabil.
Sementara, data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Magetan mencatat, jumlah industri kecil menengah (IKM) yang bergerak di bidang kulit mencapai 115 unit usaha.
Seratusan unit usaha kecil kulit tersebut mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 575 orang dengan jumlah produksi per tahun mencapai 750.000 pasang alas kaki, baik sandal maupun sepatu kulit. Pemasarannya sendiri telah mencapai pasar nasional. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015