Tulungagung (Antara Jatim) - Bupati Tulungagung, Jawa Timur Syahri Mulyo mengakui iklim investasi daerahnya sampai saat ini masih stagnan, mengacu masih rendahnya minat kalangan investor nasional maupun asing untuk menanamkan modal di Tulungagung.
"Kalau bicara investasi asing itu masih terlalu jauh ya, skala nasional saja sampai saat ini belum ada," kata Syahri Mulyo dikonfirmasi usai menerima kedatangan Konjen Amerika Serikat , Joaquin Monserrate di Tulungagung, Jumat.
Satu-satunya perkembangan investasi yang telah disetujui oleh Syahri selaku kepala daerah adalah rencana pembangunan pabrik penggilingan beras oleh salah satu BUMN (badan usaha milik negara) di daerah Cuwiri, Kecamatan Kauman.
Selebihnya, lanjut Syahri, tidak banyak tawaran penanaman modal untuk pengembangan usaha kecuali dari kalangan pengusaha lokal.
"Satu-satunya sektor industri yang banyak melibatkan investor nasional dan mancanegara dan selama ini sudah berjalan adalah industri penambangan dan pengolahan batu marmer," ujarnya.
Selebihnya, lanjut dia, iklim investasi di daerahnya masih stagnan. "Mungkin terdampak juga dengan kelesuan ekonomi nasional," imbuhnya.
Beberapa faktor di luar ekonomi makro yang mempengaruhi stagnasi di bidang investasi ekonomi di daerahnya, lanjut Syahri, adalah letak geografis serta jalur distribusi barang yang terlalu jauh.
Ia mencontohkan, penjajakan investasi bidang pariwisata sempat dilakukan pengusaha asal Tionghoa di Pantai Popoh dan Sine.
Namun setelah melakukan survei langsung ke lapangan, lanjut dia, calon investor yang sempat menyatakan minat berinvestasi di bidang pariwisata itu menarik diri karena kondisi infrastruktur daerah yang masih buruk.
"Tidak adanya jalur utama paket wisata menjadi alasan lain keengganan pemodal untuk berinvestasi di sini," ujarnya.
Sayang, tidak ada data resmi terkait angka investasi tahunan dicatat oleh Pemkab Tulungagung melalui dinas industri dan perdagangan setempat.
Data yang sempat terpublikasi pada 2013 hanya menyebut angka investasi daerah sekitar Rp8 triliun yang didominasi oleh sektor pertambangan batu marmer.
Dikonfirmasi terpisah, Konsul Jendral AS di Surabaya, Joaquin Monserrate mengatakan belum ada rencana menjajaki kerjasama ekonomi di Tulungagung.
Ia mengatakan, fokus kunjungannya ke kota penghasil batu marmer terbesar di Indonesia saat ini lebih diorientasikan pada pemahaman realitas sosial, politik dan perkembangan demokrasi di daerah.
"Ke depan tidak menutup kemungkinan untuk mengevaluasi kemungkinan kerjasama pengembangan proyek-proyek lain di bidang ekonomi dan investasi," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
"Kalau bicara investasi asing itu masih terlalu jauh ya, skala nasional saja sampai saat ini belum ada," kata Syahri Mulyo dikonfirmasi usai menerima kedatangan Konjen Amerika Serikat , Joaquin Monserrate di Tulungagung, Jumat.
Satu-satunya perkembangan investasi yang telah disetujui oleh Syahri selaku kepala daerah adalah rencana pembangunan pabrik penggilingan beras oleh salah satu BUMN (badan usaha milik negara) di daerah Cuwiri, Kecamatan Kauman.
Selebihnya, lanjut Syahri, tidak banyak tawaran penanaman modal untuk pengembangan usaha kecuali dari kalangan pengusaha lokal.
"Satu-satunya sektor industri yang banyak melibatkan investor nasional dan mancanegara dan selama ini sudah berjalan adalah industri penambangan dan pengolahan batu marmer," ujarnya.
Selebihnya, lanjut dia, iklim investasi di daerahnya masih stagnan. "Mungkin terdampak juga dengan kelesuan ekonomi nasional," imbuhnya.
Beberapa faktor di luar ekonomi makro yang mempengaruhi stagnasi di bidang investasi ekonomi di daerahnya, lanjut Syahri, adalah letak geografis serta jalur distribusi barang yang terlalu jauh.
Ia mencontohkan, penjajakan investasi bidang pariwisata sempat dilakukan pengusaha asal Tionghoa di Pantai Popoh dan Sine.
Namun setelah melakukan survei langsung ke lapangan, lanjut dia, calon investor yang sempat menyatakan minat berinvestasi di bidang pariwisata itu menarik diri karena kondisi infrastruktur daerah yang masih buruk.
"Tidak adanya jalur utama paket wisata menjadi alasan lain keengganan pemodal untuk berinvestasi di sini," ujarnya.
Sayang, tidak ada data resmi terkait angka investasi tahunan dicatat oleh Pemkab Tulungagung melalui dinas industri dan perdagangan setempat.
Data yang sempat terpublikasi pada 2013 hanya menyebut angka investasi daerah sekitar Rp8 triliun yang didominasi oleh sektor pertambangan batu marmer.
Dikonfirmasi terpisah, Konsul Jendral AS di Surabaya, Joaquin Monserrate mengatakan belum ada rencana menjajaki kerjasama ekonomi di Tulungagung.
Ia mengatakan, fokus kunjungannya ke kota penghasil batu marmer terbesar di Indonesia saat ini lebih diorientasikan pada pemahaman realitas sosial, politik dan perkembangan demokrasi di daerah.
"Ke depan tidak menutup kemungkinan untuk mengevaluasi kemungkinan kerjasama pengembangan proyek-proyek lain di bidang ekonomi dan investasi," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015