Bojonegoro (Antara Jatim) - Realisasi pengadaan beras di Bulog Subdivre III Bojonegoro, Jawa Timur, pertengahan Juni ini, mencapai 38 ribu ton setara beras, masih jauh dari target pengadaan tahun ini, yang ditetapkan sebesar 98 ribu ton setara beras.
Kepala Bulog Subdivre III Bojonegoro Awaludin Efdal, di Bojonegoro, Jumat, mengatakan, pengadaan masih terus berlanjut, sebab di beberapa wilayah masih ada panen tanaman padi.
Hanya saja, lanjut dia, pemasukan pengadaan di wilayah kerjanya di Bojonegoro, Tuban dan Lamongan, tidak bisa maksimal, dengan jumlah rata-rata sekitar 1.000 ton setara beras/hari.
"Panen tanaman padi di beberapa wilayah juga masih ada, selain sisa gabah panenan yang lalu, sehingga
pemasukan masih berjalan," katanya.
Lebih lanjut ia menjelaskan sebanyak 59 mitra kerja pengadaan di antaranya, gabungan kelompok tani (gapoktan) masih terlibat kontrak dalam pengadaan untuk panen tanaman padi musim kemarau.
"Empat mitra kerja kami di antaranya berasal dari gapoktan. Semua mitra kerja masih tetap bergerak untuk memperoleh gabah atau beras," katanya.
Apalagi, lanjut dia, panen tanaman padi musim kemarau di Bojonegoro, Tuban dan Lamongan, akan berlangsung sekitar sebulan lagi.
Menjawab pertanyaan soal naiknya harga beras di tingkat petani, ia mengakui, membawa pengaruh menurunnya perolehan pengadaan, sehingga perolehan pengadaan masih jauh dari taget.
"Panen tanaman padi musim kemarau sekitar sebulan lagi, akan menstabilkan harga gabah dan beras di tingkat petani." tandasnya.
Dengan demikian, menurut dia, perolehan pengadaan masih berpeluang meningkat, karena ada panen tanaman padi musim kemarau.
Mengenai stok beras di gudang bulog, lanjut dia, mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pangan sekitar sembilan bulan. Stok beras tersebut berasal dari stok beras lama dan stok beras pengadaan baru yang jumlahnya sekitar 38 ribu ton.
"Stok beras di gudang kami aman untuk sembilan bulan," katanya, menegaskan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
Kepala Bulog Subdivre III Bojonegoro Awaludin Efdal, di Bojonegoro, Jumat, mengatakan, pengadaan masih terus berlanjut, sebab di beberapa wilayah masih ada panen tanaman padi.
Hanya saja, lanjut dia, pemasukan pengadaan di wilayah kerjanya di Bojonegoro, Tuban dan Lamongan, tidak bisa maksimal, dengan jumlah rata-rata sekitar 1.000 ton setara beras/hari.
"Panen tanaman padi di beberapa wilayah juga masih ada, selain sisa gabah panenan yang lalu, sehingga
pemasukan masih berjalan," katanya.
Lebih lanjut ia menjelaskan sebanyak 59 mitra kerja pengadaan di antaranya, gabungan kelompok tani (gapoktan) masih terlibat kontrak dalam pengadaan untuk panen tanaman padi musim kemarau.
"Empat mitra kerja kami di antaranya berasal dari gapoktan. Semua mitra kerja masih tetap bergerak untuk memperoleh gabah atau beras," katanya.
Apalagi, lanjut dia, panen tanaman padi musim kemarau di Bojonegoro, Tuban dan Lamongan, akan berlangsung sekitar sebulan lagi.
Menjawab pertanyaan soal naiknya harga beras di tingkat petani, ia mengakui, membawa pengaruh menurunnya perolehan pengadaan, sehingga perolehan pengadaan masih jauh dari taget.
"Panen tanaman padi musim kemarau sekitar sebulan lagi, akan menstabilkan harga gabah dan beras di tingkat petani." tandasnya.
Dengan demikian, menurut dia, perolehan pengadaan masih berpeluang meningkat, karena ada panen tanaman padi musim kemarau.
Mengenai stok beras di gudang bulog, lanjut dia, mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pangan sekitar sembilan bulan. Stok beras tersebut berasal dari stok beras lama dan stok beras pengadaan baru yang jumlahnya sekitar 38 ribu ton.
"Stok beras di gudang kami aman untuk sembilan bulan," katanya, menegaskan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015