Surabaya (Antara Jatim) - DPC Musyawarah Kekeluargaan Gotong-Royong (MKGR) Kota Surabaya menggulirkan wacana pasangan Calon Wali Kota dan Calon Wakil Wali Kota Whisnu Sakti Buana-Adies Kadir yang siap bersaing dengan calon petahana di Pilkada Surabaya 2015.
"Pasangan Whisnu-Adies kami nilai pantas. Memilih sosok pemimpin itu tidak bisa dengan cara penjaringan yang lebih mirip Idol seperti yang dilakukan sekarang ini, sehingga terkesan bebas memasukkan sosok dari luar partai," kata Ketua DPC MKGR Surabaya Arif Fathoni usai Dialog Kebangsaan yang digelar di gedung KONI Jatim Surabaya, Minggu.
Menurut dia, sosok Whisnu Sakti Buana yang kini menjabat sebagai Wakil Wali Kota Surabaya dan Ketua DPC PDIP Surabaya tidak diragukan lagi pengalamannya di instansi pemerintahan.
Tentunya, lanjut dia, akan lebih kuat jika dipasangkan dengan Adies Kadir yang kini menjadi anggota DPR RI yang juga mantan Ketua DPD II Partai Golkar Surabaya.
"Keduanya merupakan teman baik. Jadi kalau bekerja bersama-sama akan menghasilkan hasil yang baik buat Surabaya," katanya.
Hal itu juga disampaikan oleh salah satu pengurus MKGR Jatim, Syaiful yang saat itu sebagai moderator di acara diskusi. Ia mengatakan bahwa Whisnu dan Adies ampak serasi pada saat duduk bersama.
"Cukup serasi, apalagi pak Adies juga menjadi salah satu kandidat kuat untuk kursi ketua DPD Golkar Jatim," katanya.
Pada kesempatan itu, Adies Kadir menyebut Whisnu sebagai sosok pemimpin yang dicintai masyarakat, karena terbukti telah terpilih menjadi ketua DPC PDIP Surabaya untuk yang kedua kalinya, dan sudah waktunya menduduki kursi Wali Kota Surabaya.
Tidak hanya itu, Adies mengajak kepada masyarakat untuk memikirkan pemimpin di Surabaya, dengan memunculkan sosok yang cocok, pas dan teruji seperti Whisnu.
"Sampaikan kepada yang lain bahwa sosok yang hadir sekarang ini yang harusnya dipilih, karena saya hanya menyajikan sosok yang jelas saja," katanya.
Sementara itu, Wisnu Sakti Buana dalam paparannya mengaku jika dirinya sampai saat ini belum berfikir soal Pilkada maupun rekomendasi calon yang diusung PDIP.
"Memilih pemimpin itu layaknya sholat di masjid, yakni dengan cara berjamaah (melibatkan banyak orang). Pemilu itu pesta demokrasi, jadi pesertanya hanya partai politik, makanya kalau bukan orang partai politik ya jangan bicara soal Pilkada," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
"Pasangan Whisnu-Adies kami nilai pantas. Memilih sosok pemimpin itu tidak bisa dengan cara penjaringan yang lebih mirip Idol seperti yang dilakukan sekarang ini, sehingga terkesan bebas memasukkan sosok dari luar partai," kata Ketua DPC MKGR Surabaya Arif Fathoni usai Dialog Kebangsaan yang digelar di gedung KONI Jatim Surabaya, Minggu.
Menurut dia, sosok Whisnu Sakti Buana yang kini menjabat sebagai Wakil Wali Kota Surabaya dan Ketua DPC PDIP Surabaya tidak diragukan lagi pengalamannya di instansi pemerintahan.
Tentunya, lanjut dia, akan lebih kuat jika dipasangkan dengan Adies Kadir yang kini menjadi anggota DPR RI yang juga mantan Ketua DPD II Partai Golkar Surabaya.
"Keduanya merupakan teman baik. Jadi kalau bekerja bersama-sama akan menghasilkan hasil yang baik buat Surabaya," katanya.
Hal itu juga disampaikan oleh salah satu pengurus MKGR Jatim, Syaiful yang saat itu sebagai moderator di acara diskusi. Ia mengatakan bahwa Whisnu dan Adies ampak serasi pada saat duduk bersama.
"Cukup serasi, apalagi pak Adies juga menjadi salah satu kandidat kuat untuk kursi ketua DPD Golkar Jatim," katanya.
Pada kesempatan itu, Adies Kadir menyebut Whisnu sebagai sosok pemimpin yang dicintai masyarakat, karena terbukti telah terpilih menjadi ketua DPC PDIP Surabaya untuk yang kedua kalinya, dan sudah waktunya menduduki kursi Wali Kota Surabaya.
Tidak hanya itu, Adies mengajak kepada masyarakat untuk memikirkan pemimpin di Surabaya, dengan memunculkan sosok yang cocok, pas dan teruji seperti Whisnu.
"Sampaikan kepada yang lain bahwa sosok yang hadir sekarang ini yang harusnya dipilih, karena saya hanya menyajikan sosok yang jelas saja," katanya.
Sementara itu, Wisnu Sakti Buana dalam paparannya mengaku jika dirinya sampai saat ini belum berfikir soal Pilkada maupun rekomendasi calon yang diusung PDIP.
"Memilih pemimpin itu layaknya sholat di masjid, yakni dengan cara berjamaah (melibatkan banyak orang). Pemilu itu pesta demokrasi, jadi pesertanya hanya partai politik, makanya kalau bukan orang partai politik ya jangan bicara soal Pilkada," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015