Lumajang (Antara Jatim) - Lembaga Swadaya Masyarakat "Laskar Hijau" menolak rencana eksplorasi energi panas bumi atau geotermal Gunung Lemongan yang memiliki ketinggian 1618 meter dari permukaan laut di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

"Eksplorasi geothermal dengan teknik 'fracking' dapat berdampak buruk pada lingkungan, sehingga dengan tegas kami bersama seluruh aktivis lingkungan menolak eksplorasi panas bumi di Gunung Lemongan," kata Koordinator LSM Laskar Hijau, A'ak Abdullah Al-Kudus di Lumajang, Senin.

Kawasan Gunung Lemongan dan Gunung Argopuro yang merupakan kompleks Pegunungan Hyang memiliki potensi energi panas bumi yang besar yakni sekitar 295 Mwe dengan wilayah kerja pertambangan seluas 102.400 hektare.

Potensi geothermal tersebut rencananya akan dieksplorasi dan dieksploitasi untuk memasok kebutuhan energi nasional, sebagai alternatif dari energi berbahan fosil yang telah biasa dipakai selama ini.

"Energi panas bumi merupakan energi yang ramah lingkungan dan terbarukan, namun masalahnya cara atau teknik yang dipakai untuk mengekplorasi energi panas bumi tersebut dengan teknik fracking atau Hydraulic Fracturing dapat berdampak pada kerusakan lingkungan," tuturnya.
 
Laskar Hijau, lanjut dia, sudah menggelar diskusi dengan berbagai organisasi pecinta alam yang ada di Lumajang, Probolinggo dan Surabaya, serta tokoh masyarakat yang ada di sekitar Gunung Lemongan pada Minggu (31/5) untuk menyikapi persoalan itu.

"Teknik fracking merupakan cara yang paling efesien untuk mengekplorasi geothermal, namun dampak negatif dari eksplorasi dengan cara itu sangat merusak lingkungan dan warga di sekitar Gunung Lemongan dan Argopuro akan menjadi korban," paparnya.

Menurut dia, teknik fracking merupakan mengebor dengan kedalaman ribuan meter ke bawah tanah dan menginjeksikan jutaan galon air yang dicampur dengan bahan-bahan kimia ke lapisan serpihan tanah yang menyimpan energi panas bumi untuk meledakan lapisan tersebut dan energi panas bumi bisa terlepas dan selanjutnya ditambang.

"Eksplorasi geothermal dengan teknik fracking berdampak pada pencemaran air yang terjadi oleh kontaminan mematikan seperti Arsenik, Antimon dan Boron seperti yang terjadi di negara-negara bagian di Amerika," tegasnya.
 
Secara bulat, lanjut dia, seluruh aktivis lingkungan menyatakan penolakannya terhadap rencana eksplorasi energi panas bumi yang ada di Gunung Lemongan dan Gunung Argopuro selama masih menggunakan cara atau teknik yang merusak seperti "fracking".

"Kawasan di sekitar gunung Lemongan dan Argopuro terdapat 13 danau (reservoir) yang selama ini menjadi tumpuan hidup masyarakat. Apabila Gunung Lemongan ini dibor, maka tidak mustahil danau-danau tersebut akan tercemar dan masyarakat akan mengalami krisis air bersih," jelasnya.

Aktivis Laskar Hijau juga mengumpulkan tanda tangan penolakan di atas selembar poster yang bertuliskan "Don’t Frack Lemongan". (*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Akhmad Munir


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015