Sejak pertengahan 2014, Pulau Gililawak, salah satu pulau kecil di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, begitu terkenal di media sosial dan daring (dalam jaringan/online).
Saat itu, keindahan Pulau Gililawak yang secara administrasi masuk wilayah Desa Kombang, Kecamatan Talango, Kepulauan Poteran, itu hanya diketahui kalangan tertentu, di antaranya wartawan, komunitas blogger, dan fotografer.
Awalnya, sejumlah wartawan ke Pulau Gililawak setelah penasaran atas informasi eksotisnya pemandangan bawah laut di pulau yang hanya dihuni oleh 35 kepala keluarga tersebut pada Februari 2014.
Mereka kemudian mengunggah sejumlah foto panorama Pulau Gililawak melalui media sosial, dan sebagian menulisnya sebagai berita/features.
"Setelah itu, sejumlah komunitas blogger 'traveller' tertarik dan mengunjungi langsung Pulau Gililawak. Mereka menulis Pulau Gililawak sebagai tempat yang layak dikunjungi wisatawan," ujar Firman GA, salah seorang blogger asal Sumenep.
Sejak itu, Pulau Gililawak menjadi salah satu kata kunci yang banyak ditulis (dicari) orang melalui mesin pencari "google".
"Ketika itu, sekitar pertengahan 2014, penggunaan kata kunci Pulau Gililawak di 'google' meningkat cukup signifikan, dari yang semula seratusan menjadi seribuan," kata Firman, menambahkan.
Ia menilai bentangan pasir putih dengan ombaknya yang landai plus pemandangan bawah lautnya merupakan potensi Pulau Gililawak yang sangat disayangkan, jika tidak dikelola secara serius sebagai lokasi wisata oleh pemerintah daerah.
Sambung-sinambung informasi tentang Pulau Gililawak semakin meningkat, setelah komunitas fotografi menjadikan pulau tersebut sebagai lokasi pemotretan pemandangan maupun foto model dari sejumlah daerah di Jawa Timur.
"Kami memang beberapa kali melakukan pemotretan di Pulau Gililawak. Selain pemandangan bawah lautnya yang memukau, panorama Pulau Gililawak pada pagi dan sore hari memang bagus sebagai lokasi pemotretan," ucap anggota komunitas fotografer di Sumenep, Hafid Ariesta.
Ia juga menilai Pulau Gililawak masih alami dan belum dilengkapi dengan fasilitas atau sarana pendukung layaknya lokasi wisata yang menjadi jujukan wisatawan.
"Kalau kami ke Pulau Gililawak, biasanya membawa makanan dan minuman sendiri. Kalau mau ke kamar kecil, harus menumpang ke rumah pendukuk setempat," ujarnya, menambahkan.
Della, warga Kota Surabaya yang beberapa hari lalu mengunjungi Pulau Gililawak bersama empat rekannya itu mengaku mengetahui keindahan panorama pulau tersebut melalui media sosial dan daring (online).
"Kami penasaran sekaligus tertarik, karena pada beberapa foto yang diunggah di media sosial itu menggambarkan pemandangan bawah laut yang indah. Kami memang ingin menyelam di Pulau Gililawak," katanya.
Wisata Bahari
Pemkab Sumenep memang ingin mengembangkan Pulau Gililawak sebagai lokasi wisata bahari, karena pemandangan di bawah lautnya yang memukau dan juga cocok untuk kegiatan menyelam.
"Pulau Gililawak layak dikembangkan sebagai lokasi wisata bahari. Kami dari pemerintah daerah secara bertahap akan melakukan langkah untuk mewujudkan Pulau Gililawak sebagai lokasi wisata bahari," kata Kabid Budaya dan Pariwisata Disbudparpora Sumenep, Sukaryo.
Disbudparpora Sumenep mencatat Pulau Gililawak dikunjungi sekitar 200 wisatawan per bulan sejak awal tahun ini.
"Informasi dari warga setempat, sekitar 200 wisatawan datang ke Pulau Gililabak per bulannya. Pulau Gililawak telah menjadi salah satu lokasi wisata baru di Sumenep," ujarnya.
Hingga sekarang Pulau Gililawak belum dikelola secara resmi sebagai lokasi wisata oleh pemerintah daerah.
"Namun, kami telah meminta perangkat desa dan warga setempat untuk memberikan pelayanan yang bagus kepada wisatawan yang berkunjung ke Pulau Gililawak," kata Sukaryo.
Pulau Gililawak atau Gililabak (versi warga setempat) merupakan pulau tersendiri yang berpenghuni dan terpisah dengan ibu kota desa maupun kecamatan.
Wisatawan yang ingin berkunjung ke Pulau Gililabak harus menyewa perahu.
Kalau mau singgah lebih dulu ke Pulau Poteran, wisatawan akan naik perahu motor penumpang (reguler) dari Pelabuhan Kalianget ke dermaga Pulau Talango dan naik perahu (sewa) lagi dari Pantai Desa Kombang ke Pulau Gililabak dengan waktu tempuh pada kisaran 30 menit hingga 45 menit.
Tarif perahu motor penumpang (reguler) dari Pelabuhan Kalianget ke Talango dengan waktu tempuh sekitar 15 menit adalah Rp2 ribu per orang, Rp4 ribu per sepeda motor, dan Rp14 ribu per mobil.
Jarak dermaga Pulau Talango ke Pantai Kombang sekitar 11 kilometer dan dua kilometer di antaranya, tepatnya ketika akan masuk ke Pantai Kombang, jalannya hanya bisa dilalui oleh sepeda motor.
Pengunjung yang tidak mengendarai sepeda motor maupun mobil, sarana transportasi yang tersedia ke Pantai Kombang adalah becak motor (bentor) yang tarifnya Rp50 ribu hingga Rp70 ribu.
Sementara jika tak ingin singgah ke Pulau Poteran, wisatawan harus naik perahu yang telah disewa lebih dulu dan jalurnya langsung dari Pelabuhan Kalianget ke Pulau Gililawak dengan waktu tempuh sekitar 90 menit hingga 120 menit.
Harga sewa perahu dengan kapasitas 10 hingga 20 orang dari Pantai Kombang ke Pulau Gililawak pada kisaran Rp300 ribu hingga Rp400 ribu, sementara jika langsung dari Pelabuhan Kalianget ke Pulau Gililawak pada kisaran Rp600 ribu hingga Rp800 ribu. Pintar-pintarlah menawar!.
Penasaran ?! Segeralah menginjakkan kaki di Pulau Gililawak yang masuk kawasan Pelabuhan Kalianget di sebelah timur Kecamatan Kota Sumenep dengan jarak dari Kota ke Kalianget "hanya" 11 kilometer dan bisa naik mobil penumpang umum dengan tarif "hanya" Rp7 ribu per orang. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015