Ngawi (Antara Jatim) - Sebanyak tujuh unit alat deteksi dini atau "early warning system" (EWS) untuk memantau bencana banjir yang terpasang di aliran Sungai Bengawan Solo dan Bengawan Madiun yang ada di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, rusak tidak dapat berfungsi. "Ada tujuh titik pemasangan EWS, tapi waktu banjir pada Sabtu (4/4) kemarin tidak ada yang bunyi, alias rusak," ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ngawi, Eko Heru Cahyono, kepada wartawan, Selasa. Pihaknya merasa kecewa dengan Jasa Tirta selaku pengelola alat-alat tersebut. Sebab, meski banjir rawan melanda wilayah Ngawi, namun tidak segera memperbaiki alat pendeteksi dini banjir itu. "Kami sudah melaporkan kondisi alat-alat tersebut, namun belum ada tindak lajutnya," kata dia. Sesuai data BPBD setempat, banjir yang melanda Kabupaten Ngawi pada Sabtu (4/4) lalu, telah menerjang 12 desa di lima kecamatan. Dua rumah warga yang berada di Desa Bendo, Kecamatan Padas, hanyut. Selain itu, puluhan rumah warga di Desa Waruk Tengah, Kecamatan Pangkur, dan Desa Purwosari, Kecamatan Kwadungan terendam air. Banjir juga mengakibatkan kerusakan infrastruktur, seperti talut dan jembatan. Selain itu, ratusan hektare tanaman padi rusak dan petani terancam gagal panen. "Kami sudah melaporkan dampak bencana tersebut ke BNPB dan BPBD provinsi. Warga di daerah rawan bencana juga tetap diimbau waspada," katanya. Ia menambahkan, untuk mengetahui bahaya banjir, petugas dari Dinas Pengairan dan BPBD setempat terus memantau ketinggian air di pertemuan sungai Bengawan Madiun dan Bengawan Solo yang melintas di wilayah setempat. Selain itu, BPBD Ngawi juga telah menyiagakan petugasnya untuk selalu siap diterjunkan dalam penanganan banjir. Para petugas tersebut disebar di 19 kecamatan yang ada di Ngawi, terlebih di wilayah yang rawan banjir. (*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015