Bojonegoro (Antara Jatim) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan minat masyarakat untuk menanggap kesenian tradisional Wayang Thengul, untuk hajatan, ruwatan, juga berbagai keperluan lainnya semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
"Minat masyarakat menanggap Wayang Thengul dari tahun ke tahun semakin meningkat. Terbukti semua dalang Wayang Thengul di Bojonegoro mendapatkan pesanan pentas di masyarakat," kata Kepala Bidang Bina Usaha Kesenian dan Budaya Disbudpar Bojonegoro Imam Wahyu, di Bojonegoro, Selasa.
Menurut dia, masyarakat lebih senang memilih menanggap Wayang Thengul, sebab bahasanya merupakan bahasa rakyat yang mudah dimengerti, dibandingkan dengan bahasa di Wayang Kulit.
"Bahasa di Wayang Thengul merupakan bahasa yang dimanfaatkan masyarakat sehari-hari di Bojonegoro," ucapnya.
Ia menyebutkan di daerahnya terdapat sebanyak 18 dalang yang khusus mementaskan Wayang Thengul.
"Dalang Wayang Thengul di daerah kami tidak hanya ditanggap warga lokal, tapi juga ke luar daerah, seperti Nganjuk, juga Blora, Jawa Tengah," tuturnya.
Ia optimistis pamor kesenian tradisional Wayang Thengul akan semakin meningkat, bahkan tidak hanya lokal, tapi bisa diterima masyarakat di luar daerah.
"Meningkatnya minat masyarakat menanggap Wayang Thengul tidak lepas peran dalang Mardji Marto Deglek, yang pernah mengamen pergelaran Wayang Thengul dengan keliling kampung, karena tidak ada tanggapan, " jelas dia.
Dimintai konfirmasi, dalang Wayang Thengul di Bojonegoro Mardji Marto Deglek, menjelaskan dirinya sudah lama tidak lagi mengamen, sebab sudah padat dengan pesanan masyarakat untuk pentas.
"Rata-rata saya pentas dalam sebulan sekitar delapan kali, dengan penanggap tidak hanya lokal, tapi juga luar daerah," tandasnya.
Seorang dalang Wayang Thengul asal Desa Sidobandung, Kecamatan Balen, Ponidi menambahkan dirinya ditanggap masyarakat setahunnya bisa mencapai 40 kali.
"Biaya menanggap Wayang Thengul lengkap, mulai perlengkapan Wayang Thengul, gamelan juga penabuhnya berkisar Rp5-Rp7 juta/semalam," jelas Ponidi, dibenarkan Mardji Marto Deglek.
Kisah cerita Wayang Thengul, yang diminati masyarakat, antara lain, sejarah Kerajaan Majapahit, sejarah Minak, juga masuknya Agama Islam ke Tanah Jawa.
"Kebanyakan masyarakat menanggap Wayang Thengul untuk "ruwatan", karena memiliki anak satu," ucap Ponidi. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015