Surabaya (Antara Jatim) - Sejumlah tetangga mengaku terkejut saat mendengar informasi bahwa Jusman Ary sekeluarga hilang di Turki bersama total 16 orang Warga Negara Indonesia (WNI) pada 24 Februari lalu. "Awalnya, kami tidak menyangka, tapi setelah ada kabar kepastian, kami cukup terkejut mendengarnya," ujar salah seorang warga Mujiono, tetangga Jusman Ary yang tinggal di Kedung Sroko Surabaya, Minggu. Menurut dia, Jusman dalam kehidupannya sehari-hari dikenal ramah dengan warga, khususnya jamaan Masjid Al-Kautsar yang berada tidak jauh dari tempat tinggalnya. "Dia selalu menyapa kalau bertemu di gang kampung. Anak-anaknya juga lucu-lucu dan kadang jajan di warung, meski kemudian langsung pulang," ucapnya. Namun, lanjut dia, Jusman dan istrinya memang kerap menutup rumahnya rapat-rapat dan hanya sesekali keluar rumah, terutama saat ada kegiatan kampung setempat. "Setiap tiba waktu shalat, Jusman datang lebih awal di masjid, kecuali Dzuhur dan Asar karena kerja, tapi kalau Subuh, Maghrib dan Isya tidak pernah absen," katanya. Ia juga mengatakan istri Jusman sebelumnya berjilbab biasa, namun sekitar setahun ini ditambah menutup mukanya dengan cadar. Hal senada disampaikan Yopi, tetangga lainnya, yang mengaku terakhir melihat keluarga Jusman sekitar dua minggu lalu. "Pindah atau tidak, saya tidak ngerti. Sekitar dua minggu lalu masih terlihat kok," ucapnya. Pemerintah Provinsi Jawa Timur menelusurinya dengan mencari data serta berkoordinasi dengan instansi terkait, termasuk Kementerian Luar Negeri. Terkait dugaan bergabungnya ke-16 warga ke kelompok Negara Islam Irak-Suriah (Islamic State of Iraq and Syiria/ISIS), Gubernur yang akrab disapa Pakde Karwo itu belum bisa memastikan dan menunggu hasil penyelidikan kepolisian maupun kementerian terkait. "Memang segala kemungkinan bisa terjadi. Namun, sebaiknya menunggu hasil pemeriksaan aparat sehingga tidak ada sangkaan atau dugaan macam-macam," tukas Gubernur Jatim Soekarwo. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015