Bojonegoro (Antara Jatim) - Balai Besar Bengawan Solo di Solo, Jawa Tengah, akan mulai mengerjakan pembangunan jalan lingkar lokasi Waduk Gonseng, di Kecamatan Temayang yang memanfaatkan tanah kawasan hutan milik Perhutani pada April 2015. Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro Soehadi Mulyono di Bojonegoro, Jumat, mengatakan pembangunan jalan lingkar Waduk Gonseng sudah bisa dimulai, karena Kementerian Kehutanan sudah memberikan izin soal pemanfaatan tanah kawasan hutan untuk lokasi jalan. "Pembangunan konstruksi Waduk Gongseng belum dilakukan, tapi pembangunan jalan menuju Waduk Gongseng mulai dikerjakan April, karena izin pemanfaatan tanah sudah tidak ada masalah," jelas dia. Lebih lanjut ia menjelaskan pembebasan tanah milik warga yang akan dibebaskan di Desa Papringan dan Kedungsari, Kecamatan Temayang, untuk lokasi Waduk Gonseng, masih dalam proses. "Pemkab membentuk tim untuk pembebasan tanah dan relokasi warga yang terkena dampak pembangunan Waduk Gongseng," tandasnya. Menurut dia, warga di dua desa itu sudah pernah memperoleh sosialisasi soal pembangungan Waduk Gongseng. "Yang jelas warga setuju tanahnya dibebaskan," tandasnya. Sesuai data yang diterima, Waduk Gonseng, membutuhkan tanah seluas 346 hektare, di antaranya seluas 20 hektare milik 33 warga di Desa Kedungsari dan 20 hektare milik delapan warga di Desa Papringan, di Kecamatan Temayang. Waduk Gongseng yang mampu menampung air sekitar 23 juta meter kubik tersebut, dibangun dengan biaya sekitar Rp500 miliar konstruksi panjang bendung 300 meter dengan ketinggian 20 meter. Asisten II Bidang Perekonomian Pemkab Bojonegoro Setyo Yuliono, mengatakan harga tanah milik warga yang akan dibebaskan masih dalam perhitungan tim "appraisal". "Tim pemkab akan mendampingi warga dengan prinsip warga tidak dirugikan," katanya, menegaskan. Kepala Dinas Pengairan Bojonegoro Edi Sutanto, menambahkan pembangunan Waduk Gonseng, di wilayah selatan tersebut sebagai penyedia air irigasi pertanian di sejumlah kecamatan, di antaranya, Kecamatan Sukosewu, Kapas dan Balen. Di wilayah tersebut kebutuhan areal pertanian sering kesulitan di musim kemarau, karena daya tampung Waduk Pacal mulai menurun, karena faktor usia," tuturnya. (*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015