Sepintas, orang menduga makanan yang akrab disebut opak tersebut adalah bunga mawar kering, karena bentuknya menyerupai bunga mawar yang berwarna kuning dan ungu. Hasil keterampilan perajin opak di kawasan Pacet, Jawa Timur, itu membuat banyak pembeli terkecoh, karena “bunga kering” yang terbuat dari bahan baku ubi rambat atau biasa disebut telo itu cukup menarik. “Rasanya ya …telo, manis dan renyah,” ucap Suryani, salah seorang pembeli camilan khas daerah di kawasan Wisata Air Panas di Jalan Raya Pacet, Mojokerto, itu. Berbagai aneka camilan yang dijajakan para pedagang kaki lima yang berada di sepanjang jalan itu, mulai dari keripik singkong, keripik pisang, keripik sukun dan paling dominan adalah ubi rambat. Ubi rambat yang warnanya kuning dan ungu sering diolah menjadi berbagai jenis makanan ringan, karena rasanya yang manis dan tidak banyak mengandung air. "Lebih mudah mengolah ubi warna kuning dan ungu untuk menjadi berbagai makanan ringan daripada ubi warna putih yang terlalu banyak mengandung air,” tutur Zuraida, salah seorang pedagang ubi di kawasan wisata tersebut. Menurutnya, harga ubi yang hanya tiga kilogram Rp10 ribu, lebih baik diolah menjai berbabagai jenis makanan ringan yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. "Seperti opak ubi ini, harga per kantong isi 200 gram, Rp10 ribu rupiah,” jelas Zuraida yang telah lebih lima tahun berjualan di kawasan Wisata Air Panas ini. Memang, untuk membuat opak diperlukan bahan pendukung lainnya , seperti tepung beras, tepung terigu, gula pasir, telur ayam serta santan kental dari butir kelapa parut. Selain itu diperlukan minyak goreng, untuk mengoles adonan ke atas cetakan. Cara membuatnya bagi yang sudah biasa ya mudah, katanya, dan menambahkan bahwa kuncinya, adalah setelah adonan tercampur rata dituangkan di atas cetakan yang telah dioles minyak dan dipanaskan, setelah adonan matang cepat diangkat. “Sebelum adonan yang sudah matang itu dingin harus segera dibentuk, seperti bunga mawar,” urainya. Ia mengaku omzet menjual opak telo dan produk makan lainnya ini mencapai Rp200 ribu sampai Rp500 ribu per hari, terutama saat hari libur. Tidak ada salahnya mencoba dan membawa pulang makanan khas daerah pacet sebagai buah tangan buat keluarga di rumah. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015