Pamekasan (Antara Jatim) - Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Pamekasan, Jawa Timur Munaji Santoso mengkritik penempatan pentas hiburan dan gelar pasar rakyat di depan masjid agung As-Syuhada oleh pemkab setempat. "Sangat tidak pas, jika pementasan hiburan digelar di depan masjid, karena di masjid sering digelar kegiatan keagamaan, setiap saat," kata Munaji dalam rilis yang disampaikan kepada Antara, Minggu petang. Seharusnya, kata Munaji, pemkab mencari tempat yang jauh dari tempat ibadah, sehingga hiruk pikuk kegiatan pementasan hiburan tidak mengganggu kegiatan keagamaan di masjid itu. "Di Pamekasan ini kan banyak lahan kosong yang bisa dijadikan tempat pementasan hiburan, tidak hanya di area monumen Arek Lancor," katanya. Menurut Munaji, salah satu tempat kosong yang bisa ditempati pementasan hhiburan di Pamekasan adalah Lapangan Sedangdang, milik Kodim 0826 Pamekasan. "Di lapangan itu sekarang kan sudah ditempati kegiatan lagi. Kenapa tidak ditempatkan disana," katanya mempertanyakan. Legislator dari Kecamatan Batumarmar, Pamekasan ini bahkan mengecam keras saat acara pembukaan pementasan hiburan dan pasar rakyat, Sabtu (1/11) malam, karena saat itu ada kegiatan istighatsah yang digelar oleh salah satu kelompok zikir di Pamekasan. Kala itu, acara Dies Maulidiyah dan Murojaah Dzikrul Ghafilin dalam rangka haul akbar auliyak dan ulama se-Madura yang digelar di masjid agung As-Syuhada Pamekasan terganggu dengan acara pementasan tari-tarian dan pegelaran musik pada malam pembukaan pementasan seni dan pasar rakyat Pemkab Pamekasan. Bahkan suara ledakan petasan dan pesta kembang api, serta tabuhan gendang tarian "cam-macanan" yakni tari tradisional Madura sejenis barongsai sebagai pementasan pembuka dalam acara yang dibuka oleh Bupati Pamekasan Achmad Syafii itu, mengalahkan gema zikir yang hanya berjarak sekitar 50 meter di depan masjid itu. Perang suara melalui pengeras suara antara suara zikir dengan irama musik seorang menggambarkan kurangnya kerja sama, serta kurang menghargai kegiatan keagamaan. "Saya bukan menolak kegiatan seni budaya, karena seni budaya tradisional Madura ini memang harus dilestarikan. Tapi yang saya sesalkan adalah tempatnya yang salah, yakni di depan masjid," kata Munaji. Mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komunisariat Istiqlal Universitas Islam Madura (UIM) Pamekasan ini lebih lanjut menjelaskan, seharusnya pelaksana kegiatan bisa memilih tempat yang lebih pas untuk jenis kegiatan itu, bukan malah ditaruh di depan masjid. Selain mengganggu kegiatan keagamaan, kegiatan pementasan seni budaya dan pasar rakyat yang digelar pemkab di depan masjid agung As-Syuhada Pamekasan, yakni di area monumen Arek Lancor Pamekasan itu, juga mengganggu kelancaran arus lalu lintas. "Karena kan orang-orang berjualan itu kan di pinggir jalan raya. Coba ditaruh di lapangan terbuka, mungkin tidak akan menimbulkan kemacetan seperti itu," katanya. Menanggpai kritik anggota DPRD dari PKB itu, Bupati Pamekasan Achmad Syafii menyatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak pengelola masjid. "Rencana kegiatan pesta musik dan pasar rakyat ini lebih dahulu diagendakan. Saya kira tidak ada masalah," kata Achmad Syafii. Pesta musik dan pasar rakyat yang digelar pemkab di depan masjid Agung As-Syuhada Pamekasan ini akan berlangsung selama tiga hari, yakni mulai tanggal 1 hingga 3 November 2014. Kegiatan ini digelar dalam rangka memperingati HUT Ke-69 Pemprov Jatim, serta Hari Jadi Ke-484 Kabupaten Pamekasan. Kegiatan yang sama juga digelar Pemkab Sampang, namun pemkab di Kota Bahari ini tidak menggelar pesta rakyat di monumen Kota Sampang yang jaraknya juga dekat masjid agung di kota itu, akan tetapi di alun-alun kota. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014