Madiun (Antara Jatim) - Sebanyak 13 siswa kelas 10 jurusan Teknologi dan Pengelolaan Migas (TPM) Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) Negeri 3 atau SMK Kimia Kota Madiun, Jawa Timur, Rabu, mengalami keracunan setelah mengonsumsi biji jarak.
Akibat kejadian tersebut, belasan siswa harus menjalani perawatan medis di sejumlah rumah sakit yang ada di Kota Madiun.
Awalnya, ke-13 siswa tersebut dibawa ke Puskesmas Banjarejo, Kecamatan Taman. Dari jumlah tersebut, terdapat tujuh siswa yang dirujuk ke rumah sakit karena kondisinya yang parah.
Dari tujuh siswa yang dibawa ke rumah sakit, dua siswa di antaranya dirawat di Rumah Sakit Griya Husada dan lima siswa lainnya di RSUD dr Soedono.
Salah satu siswa keracunan, Ilham Restu, mengaku setelah memakan biji jarak tersebut ia merasa pusing, mual, dan muntah-muntah. Kondisi itu juga dirasakan oleh teman-temannya.
"Saya merasakan pusing hingga muntah-muntah setelah makan biji jarak. Beberapa teman juga demikian dan bahkan ada yang sempat pingsan," kata ilham kepada wartawan.
Ilham menceritakan, biji jarak tersebut ia makan bersama teman-temannya saat jam istirahat pertama. Biji itu dibawa oleh temannya yang bernama Misriyanto. Namun Misriyanto tidak memberitahu temannya jika yang dibawa adalah biji jarak goreng. Beberapa teman ada yang diberi tahu jika yang dibawanya adalah kacang Arab.
Setelah hampir semua temannya satu kelas yang semuanya laki-laki itu memakan antara lima hingga enam biji, tiba-tiba belasan siswa merasakan mual dan kemudian muntah.
Guna mengantisipasi kondisi yang semakin parah, pihak sekolah akhirnya membawa siswa ke puskesmas dan rumah sakit. Hingga sore ini, para siswa yang dirawat di puskesmas dan Rumah Sakit Griya Husada sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya membaik.
Sementara, Dokter Jaga Intalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD dr Soedono, dr Nurita, membenarkan pihaknya menangani lima siswa SMK Negeri 3 Kota Madiun karena keracunan. Sejauh ini keadaannya telah membaik.
"Kondisinya sudah membaik. Meski demikian, kami menyarankan agar pasien menjalani rawat inap di rumah sakit. Hal itu untuk memantau jika keadaannya serius lagi," kata dr Nurita kepada wartawan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014