Malang (Antara Jatim) - Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mewacanakan adanya uji kompetensi tes bahasa dan keterampilan bagi calon tenaga kerja Indonesia yang akan ditempatkan di luar negeri. "Program itu yang memang sedang kita pikirkan, bagaimana kalau perusahaan Pengerah Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) juga melakukan hal yang sama, melakukan tes bagi calon TKI-nya yang dikirim ke sejumlah negara tujuan. Ini baru ide, belum menjadi sebuah keputusan final," tegas Direktur Pelayanan Penempatan pemerintah Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Dr Haposan Saragih di Malang, Jatim, Sabtu. Haposan mengemukakan gagasan itu disela-sela memantau tes "Employment Permit System-Test of Proficiency in Korea Paper Base Test" (EPS-TOPIK PBT) bagi calon tenaga kerja Indonesia yang akan ditempatkan di Korea Selatan yang bertempat di Universitas Islam Malang (Unisma). Sebenarnya, kata Haposan, semua negara yang menjadi tujuan TKI minta adanya tes atau uji kompetensi seperti yang diberlakukan bagi TKI yang akan berangkat ke Korsel. Saat ini sudah ada permintaan dari Penang maupun Kanada untuk tenaga "butcher" (ahli pemotong daging). "Kita tidak ingin TKI kita ini menjadi 'challenger' alias bolak-balik, setelah kembali ke Tanah Air sebagai TKI kemudian balik lagi bekerja di luar negeri sebagai TKI dengan kemampuan dan tingkat yang sama. Kalaupun kembali lagi harus ada peningkatan kemampuan dan keterampilan," ujarnya. Gagasan tersebut juga mendapatkan dukungan dari Rektor Unisma Prof Dr Surahmat. "Tenaga kerja, termasuk TKI memang harus melalui proses tes keterampilan dan bahasa karena akan ditempatkan di luar negeri dan bahasa menjadi modal yang tak bisa dipisahkan dari seorang TKI," tuturnya. Menyinggung adanya kemungkinan dibukan program studi (prodi) Bahasa Korea mengingat minat masyarakat yang cukup besar, Surahmat mengatakan, ke depan mungkin saja bisa direalisasikan, namun untuk jangka pendek ini masih memaksimalkan prodi bahasa yang ada, yakni Bahasa Inggris. Sementara itu Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) BNP2TKI Surabaya Agus Hari Santoso menyarankan agar Unisma membuka Lembaga Bahasa saja ketimbang prodi Bahasa Korea atau bahasa asing lainnya, sebab lembaga bahasa yang ada saat ini masih banyak yang belum bagus, terutama yang berkaitan dengan biaya maupun kualitas pengajarannya. "Kami memang menginginkan TKI yang bekerja di luar negeri ini memiliki keterampilan dan memiliki bekal bahasa yang bagus dan mereka juga bekerja di sektor formal profesional, bukan di sektor informal sebagai pembantu rumah tangga yang kerjanya serabutan," ujarnya.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014