Adalah perajin batik tradisional Celaket Kota Malang, Jawa Timur, Hanan Djalil, yang berharap perhatian presiden terpilih dan jajarannya dari pusat, provisni hingga kota/kabupaten pada perajib batik tradisional dan bukan justru memihak pengusaha (pengusaha batik) besar.
"Kalau presiden terpilih nanti tidak mengeluarkan kebijakan yang berpihak pada pengusaha kecil, termasuk perajin batik skala kecil (rumahan), hasil inovasi dan karya anak bangsa ini tidak akan mampu bersaing ketika 'kran' perdagangan bebas (AFTA) dibuka," ucapnya.
Selama ini, kebijakan pemerintah yang tidak bijak itu telah "mematikan" usaha batik para perajin kecil, tidak ada upaya membuat kebijakan yang mampu mengangkat perajin batik tradisional ini ke kancah persaingan yang lebih luas, termasuk mengenalkannya melalui media iklan.
Apalagi, apa yang ditemuinya dalam beberapa bulan terakhir ini, para pejabat dan calon-calon pemimpin bangsa hanya sibuk mengiklankan dirinya, sementara para pengusaha kecil masih tertatih-tatih untuk bisa berdiri dan menghidupkan usahanya agar tetap bisa bertahan.
"Ke depan, presiden terpilih harus memiliki kebijakan yang berpihak pada perajin batik, bahkan bila perlu melalui instruksi presiden yang wajib dijalankan oleh menteri-menterinya dan diteruskan hingga di tingkat kota/kabupaten," ujar mantan wartawan harian terbitan Surabaya itu.
Ia mencontohkan seragam batik bagi pegawai di lingkungan pemerintahan. Pemasok batik untuk seragam pegawai tersebut harus dipecah-pecah agar nilainya tidak terlalu besar dan akhirnya tendernya hanya bisa diikuti oleh pengusaha besar, sedangkan perajin batik tradisional yang dikerjakan sebagai industri rumahan hanya bisa "gigit jari" karena tidak bisa bersaing secara permodalan.
Seragam batik bagi pegawai di tingkat kota/kabupaten, lanjutnya, seharusnya juga ditangani perajin batik yang ada di wilayah itu. Dengan nilai anggaran yang disesuaikan dengan cara penunjukan langsung, sebab kalau melalui tender, pasti pengusaha kecil tidak akan mampu bersaing dengan pengusaha besar.
"Karena tidak pernah mendapatkan perhatian dari pemerintah, batik hasil kerajinan dan industri rumahan itu akhirnya tidak pernah dikenal secara luas, bahkan batik khas, seperti Batik Malangan pun tidak dikenal secara luas oleh masyarakat setempat," tukasnya.
Oleh karena itu, katanya, sebagai salah satu perajin batik tradisional, dirinya berupaya mengenalkan batik hasil karyanya melalui baliho-baliho berukuran besar yang dipasang disejumlah titik atau daerah perbatasan yang akan memasuki wilayah Kota Malang, seperti di Lawang, Kepanjen, Batu, Sengkaling dan beberapa titik di tengah Kota Malang, yakni di Jalan Semeru.
"Karena kondisi perajin batik tradisional (skala kecil) ini terus terseok-seok dan diabaikan pemerintah sebelum-sebelumnya, kami berharap presiden terpilih nanti bisa memberikan perhatian dan membuat kebijakan yang melindungi perajin batik skala kecil, apalagi batik ini sudah menjadi warisan dunia yang wajib kita selamatkan," tutur Hanan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014