Oleh Monalisa
Jakarta, (Antara) - Penyerapan tenaga kerja di dalam negeri ternyata belum optimal bahkan cenderung menurun sementara jumlah penduduk terus meningkat sehingga dikhawatirkan akan terjadi bencana pengangguran yang serius, kata Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Suryo B. Sulisto, Rabu.
"Masalah paling krusial yang dihadapi Indonesia pada hari ini dan di masa depan adalah masalah ketenagakerjaan. Jumlah penduduk sejak sepuluh tahun terakhir terus meningkat tanpa terhambat program-program keluarga berencana lagi tetapi jumlah penyerapan tenaga kerja di dalam negeri cenderung menurun," kata Suryo dalam seminar Wajah Tenaga Kerja Indonesia Pasca 2014 di Gedung Kementerian Perindustrian, di Jakarta.
Berdasarkan data BKPM, pada kwartal I tahun 2013 terdapat realisasi investasi sebesar Rp93 triliun dengan kemampuan menampung tenaga kerja sebesar 361.924 orang. Pada kwartal I tahun 2014 ada realisasi investasi sebesar Rp106,6 triliun tetapi hanya mampu menyediakan lapangan kerja untuk 260.156 orang.
Menurut Suryo, data tersebut menunjukkan bahwa investasi telah bergeser dari padat karya menuju ke padat modal dan pada teknologi. Kalau tren investasi tersebut berlanjut, kata Suryo, maka proyeksi yang ingin menciptakan setiap satu persen pertumbuhan ekonomi akan menyerap 400.000 tenaga kerja tidak akan tercapai. Pada tahun 2013, lanjutnya, sudah terlihat bahwa pertumbuhan setiap 1 persen hanya mampu menyerap 180.000 atau hanya 45 persen dari proyeksi ideal yang dibuat pada tahun 2010 atau hanya tiga tahun yang lalu.
"Dilihat dari aspek ketenagakerjaan, mutu investasi di Indonesia cenderung menurun. selama struktur perekonomian Indonesia belum berubah dari pola ekspor komoditas sumber daya alam maka kita akan menghadapi bencana pengangguran yang serius," ujar Suryo.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat Hening Widiatmoko mengungkapkan angka pengangguran di provinsi Jawa Barat sebesar 1,8 juta orang dari 7,1 juta pengangguran di Indonesia.
Menurut Hening, faktor banyaknya pengangguran terutama di Jawa Barat bukan karena tidak tersedianya lapangan kerja karena di Jawa Barat banyak berdiri pabrik atau industri tetapi karena kapasitas sumber daya manusia yang belum memenuhi kriteria yang diminta oleh sebuah perusahaan.
"Dari 1,8 juta penganggur di Jawa Barat, sebanyak 59 persen hanya berpendidikan paling tinggi hingga sekolah menengah pertama. Sementara lowongan yang ada meminta sumber daya manusia yang berpendidikan minimal SMA sehingga mereka tidak bisa mengakses lowongan tersebut. Jadi bukannya tidak ada lowongan," jelas Hening.
Deputi kerjasama Luar Negeri dan Promosi BNP2TKI Endang Sulistyaningsih mengungkapkan tantangan tenaga kerja Indonesia saat ini antara lain pendidikan formal, sertifikat kompetensi, bahasa Inggris, bahasa negara penerima, "soft skill" (perilaku, jasmani dan rohani serta psikologi). (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014