Surabaya (Antara Jatim) - Ketua Umum Ikatan Ahli Gula Indonesia Subiyono menegaskan terdapat tiga faktor utama untuk mendorong peningkatan daya saing industri gula nasional, yakni efisiensi, diversifikasi dan optimalisasi atau disingkat "EDO".
"Ketiga hal itu harus dilakukan secara bersamaan, karena memang saling mempengaruhi. Selama ini, industri gula nasional belum efisien, terbukti dari biaya produksi gula yang masih mahal dibanding gula impor," kata Subiyono kepada wartawan di Surabaya, Jatim, Minggu.
Ia mengemukakan hal itu menanggapi peluang dan tantangan industri gula nasional dalam menghadapi pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2015.
"Selain belum efisien, Indonesia juga belum serius menggarap diversifikasi produk turunan tebu nongula, seperti bioetanol dan listrik dari ampas tebu melalui program 'co-generation'. Padahal, di beberapa produsen gula dunia seperti Brazil, India dan Thailand, diversifikasi produk sudah menjadi andalan pendapatan industri berbasis tebu," ujarnya.
Kemudian dari sisi optimalisasi, Subiyono yang juga Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara X (Persero)--BUMN yang mengelola 11 pabrik gula--mengatakan hingga saat ini industri gula nasional masih belum optimal.
Kondisi itu terlihat pada total kapasitas giling dari 62 pabrik gula di Indonesia yang hanya 205.000 ton tebu per hari. Jika diasumsikan masa giling selama 170 hari dan rendemen 9 persen, produksi gula secara nasional seharusnya mencapai 3,1 juta ton.
"Tetapi faktanya, produksi gula konsumsi saat ini hanya di kisaran 2,5 juta ton. Artinya, industri gula kita memang belum optimal," tambahnya.
Menurut Subiyono, masalah optimalisasi erat kaitannya dengan tingkat teknologi, karena sebagian besar pabrik gula di Indonesia masih menggunakan teknologi lama yang sudah tidak efisien.
Melihat kondisi dan permasalahan tersebut, Subiyono secara tegas mengatakan bahwa industri gula nasional akan menghadapi kesulitan untuk bersaing dalam MEA 2015, terutama dengan Thailand yang industri gulanya sudah lebih maju.
Dari data yang dimiliki Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi), produksi gula Thailand mencapai 10,6 juta ton per tahun dengan 50 unit pabrik gula yang dioperasikan dan kapasitas produksi 940.000 TCD serta rendemen 11,82 persen atau di atas Indonesia yang pada 2013 rata-rata rendemen masih 7,18 persen.
Dari total produksi gula tersebut, sekitar 8 juta ton di antaranya di ekspor ke berbagai negara, termasuk Indonesia.
"Jadi, tantangan industri gula nasional sangat berat. Konsumsi gula terus meningkat, tetapi pertumbuhan produksi sangat lambat. Oleh karena itu, semua pelaku industri gula harus bekerja keras jika ingin bersaing di pasar global," ujar Subiyono.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014