Bojonegoro (Antara Jatim) - Kementerian Agama Kabupaten Bojonegoro, memperkirakan pembuatan paspor bagi 1.040 calon haji di daerahnya pada April mendatang, setelah rapat evaluasi calhaj se-Jatim di Kemenag Provinsi Jawa Timur. "Kami memperoleh undangan rapat evaluasi calhaj termasuk penjadwalan pembuatan paspor calhaj di Kemenag Jatim berkisar 27-28 Maret. Kami perkirakan pembuatan paspor dilaksanakan sepekan kemudian," kata Kasi Penyelenggara Haji dan Umroh Kemenag Bojonegoro Wakhid Priyono, Senin. Ia menjelaskan pembuatan paspor calhaj akan dikerjakan Imigrasi Surabaya yang akan datang langsung ke Bojonegoro, sebagai usaha menghemat biaya juga tenaga calhaj, sebab kalau pembuatan paspor di Surabaya secara teknis akan menambah biaya calhaj. "Berbagai persyaratan pembuatan calhaj sudah kami kirimkan kepada Kemenag Kanwil Provinsi Jatim," katanya, menegaskan. Ditanya apakah ada calhaj di daerahnya yang batal berangkat, ia mengatakan belum melakukan evaluasi calhaj yang batal berangkat baik yang meninggal dunia, sakit atau sebab lainnya. "Calhaj yang batal berangkat disebabkan meninggal dunia ada, tetapi jumlahnya belum kami hitung," ujarnya. Ia menyebutkan kuota 1.040 calhaj tersebut, di antaranya 214 calhaj yang batal berangkat musim haji tahun lalu yang disebabkan Pemerintah Arab Saudi memangkas kuota calhaj Indonesia sekitar 20 persen. Meski demikian, jelasnya, kuota calhaj di daerahnya tahun ini, meningkat dibandingkan dengan kuota 2013 yang hanya 849 calhaj. "Kuota Jatim tahun ini 33.845 calhaj. Tapi Pemerintah Arab Saudi masih memangkas kuota haji Indonesia, sebab kalau normal kuota haji di Bojonegoro seharusnya sekitar 1.600 calhaj," jelasnya. Ditanya mengenai biaya perjalanan ibadah haji (BPIH), ia mengaku belum menerima pemberitahuan secara resmi dai Kemenag mengenai besarnya BPIH. "Kami belum menerima pemberitahuan resmi soal BPIH, sehingga belum bisa berbicara, meskipun sudah disebut di media masa," ujarnya. Meski demikian, ia menjelaskan BPIH musim haji tahun ini yang disebut di media masa mencapai Rp43 juta lebih besar dibandingkan tahun lalu yang hanya Rp36 juta. "Besarnya BPIH tahun ini bukan berarti ada kenaikan, tetapi karena nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menurun," jelasnya. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014