Surabaya (Antara Jatim) - Sejumlah pesawat maskapai penerbangan asing terpaksa memarkirkan beberapa armadanya di Bandara Internasional Juanda Surabaya di Sidoarjo, karena infrastruktur itu masih ditutup pascaerupsi Gunung Kelud (Kamis malam, 13/2) di Kediri. "Pesawat asing itu antara lain milik maskapai China Airlines dan Cathay Pacific. Masing-masing maskapai yang mempunyai rute penerbangan Surabaya - Hong Kong itu memarkirkan satu unit armada di Juanda," kata "General Manager" PT Angkasa Pura I (Persero), Trikora Harjo di Surabaya, Sabtu. Seluruh pesawat tersebut, ungkap dia, terpaksa diparkirkan di Bandara Internasional Juanda, guna melakukan sejumlah tahapan perawatan armada secara manual karena debu vulkanik diindikasikan telah masuk dalam mesin. "Pesawat-pesawat itu butuh penanganan lebih lanjut seperti melakukan pengecekan, penggantian saringan udara atau filter, pembersihan kompresor, pelaksanaan monitoring dan 'engine run up' atau pemanasan mesin," ujarnya. Secara total, jelas dia, ada sekitar 33 pesawat yang parkir di Juanda. Untuk di Terminal 1 (T1) ada sebanyak 20 unit pesawat meliputi Citilink empat unit, Lion Air delapan unit, dan Sriwijaya Air dua unit. "Ada pula pesawat Trigana satu unit, Travira dua unit, Wings Air satu unit dan pesawat carter dua unit," katanya. Sementara itu, tambah dia, pesawat yang parkir di Terminal 2 (T2) Bandara Internasional Juanda mencapai 13 unit pesawat baik rute penerbangan domestik maupun internasional. "Dengan perincian lima unit milik Garuda Indonesia, enam unit milik AirAsia Indonesia, dan masing-masing satu unit milik maskapai asing itu," paparnya. Meski demikian, kata dia, sejak Bandara Internasional Juanda ditutup pada jam 04.30 WIB hingga jam 08.00 WIB (14/2) tercatat ada sekitar 41 penerbangan dari dan ke Bandara Juanda Surabaya sudah dibatalkan, baik rute domestik maupun Internasional. "Penutupan bandara rencananya dilakukan sampai hari ini pukul 18.00 WIB. Namun, pengoperasian kembali itu juga perlu menunggu kondisi cuaca," ujarnya. Sementara itu, "Station Manager" Garuda Indonesia Surabaya, Taufik Husni melanjutkan, penutupan bandara pascaletusan Gunung Kelud sudah seharusnya dilakukan oleh pihak pengelola. Apalagi, ketinggian debu vulkanik yang mencapai 46.000 kaki akan sangat membahayakan, sedangkan pesawat terbang di ketinggian 30.000 kaki. "Kalau yang di tengah-tengah ini rawan sekali karena partikel debu erupsi gunung sangat tajam seperti silet. Bahkan, sangat bahaya ketika masuk ke dalam mesin pesawat, baling-baling pesawat, maupun kabin pesawat," tuturnya.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014