Bojonegoro (Antara Jatim) - Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro, Jatim, Akhmad Djupari, menyebutkan sekitar 4.380 hektare atau 0,6 persen dari tanaman padi tertanam seluas 73.000 hektare di daerah ini terserang hama Wereng Coklat dengan intensitas ringan. "Meskipun serangan hama Wereng Coklat intensitasnya masih ringan, tapi kalau tidak segera ditanggulangi bisa mengakibatkan penurunan produksi, bahkan kegagalan panen," katanya di Bojonegoro, Selasa. Ia sudah menginstruksikan kepada petugas penyuluh pertanian (PPL) untuk berkoordinasi dengan jajaran desa agar melakukan pemantauan munculnya serangan hama wereng di wilayahnya masing-masing. "Kalau memang diketahui ada serangan hama wereng secepatnya melapor untuk dilakukan pembasmian," katanya, menegaskan. Menurut dia, serangan hama wereng di daerahnya tersebut belum membawa dampak terhadap produksi karena usia tanaman padi rata-rata berkisar 30-55 hari. "Tanaman padi yang diserang hama wereng kalau tidak dibasmi akan mengering kemudian mati," jelas Pengamat Hama Penyakit (PHP) Dinas Pertanian Parno, menambahkan. Mengenai pola pembasmian hama wereng, kata Djupari, dilakukan melalui swadaya petani, selain juga pihaknya memberikan bantuan obat pembasmi hama wereng. "Para petani di sejumlah desa sudah mulai penyemprotan tanaman padi dengan insektisida untuk membasmi hama wereng, seperti di Desa Kedaton dan Bogo, Kecamatan Kapas," ujarnya. Menurut dia, serangan hama Wereng Coklat di daerahnya sudah diketahui sejak dini, sesuai informasi yang diterima dari Institut Pertanian Bogor (IPB) yang melakukan survei di sejumlah kabupaten di Jatim. Sesuai hasil survei IPB, katanya, serangan hama wereng akan mengalami peningkatan di daerah yang masuk endemik hama wereng seperti Bojonegoro. Lebih lanjut ia menjelaskan munculnya serangan hama wereng di daerahnya disebabkan para petani menanam padi tiga kali/tahun, selain faktor hujan pagi dan malam hari, sehingga memicu meningkatnya populasi hama wereng. "Untuk mencegah munculnya serangan hama wereng petani harus siap mengubah pola tanam tidak selalu padi," ujarnya, menegaskan. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014