Oleh Budi Setiawanto
Jakarta (Antara) - Kedutaan Besar RI di Bangkok, Thailand, mengimbau warga negara Indonesia yang ada di negara itu untuk menjauhi tempat-tempat demonstrasi pihak oposisi pemerintahan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra.
Duta Besar RI untuk Kerajaan Thailand Lutfi Rauf melalui surat elektronik yang diterima di Jakarta, Jumat, menyebutkan, memasuki hari ke-4 setelah gerakan melumpuhkan Kota Bangkok (Shut Down Bangkok) yang dimotori gerakan oposisi pemerintah "Peoples's Democratic Reform Committee" (PDRC), sejak 13 Januari lalu, sejumlah titik strategis di pusat Kota Bangkok masih dikuasai para demonstran.
Disebutkan, mereka memblokade sejumlah ruas jalan, terutama persimpangan strategis yang menjadi pusat mobilitas warga, jalan-jalan di pusat bisnis, dan di lokasi sekitar kantor-kantor pemerintah seperti di Pathumwan Intersection, Victory Monument, di depan Markas Besar Kepolisian Thailand di Ratchaprasong, dan lokasi-lokasi strategis lainnya.
Di lokasi-lokasi tersebut mereka mendirikan tenda-tenda raksasa untuk menampung para pemrotes. Selain menjadi pusat kegiatan demonstrasi, tenda-tenda itu berfungsi pula sebagai tempat istirahat.
Para demonstran juga mendirikan tenda-tenda kecil di jalan-jalan, trotoar, dan di areal parkir.
Di sejumlah lokasi dibangun panggung hiburan untuk menghibur dan menjaga motivasi para pemrotes.
Di sisi panggung terdapat layar raksasa yang terus menerus menampilkan suasana demonstrasi dari berbagai lokasi. Secara sporadis para demonstran juga melakukan "long march" di sejumlah ruas jalan utama.
Pada hari keempat pascagerakan melumpuhkan Kota Bangkok, suasana Kota Bangkok mulai beranjak normal.
Pusat perbelanjaan dan perkantoran beraktivitas seperti biasa, meskipun mengurangi waktu operasi hanya sampai pukul 18.00 waktu setempat.
Pemerintah Thailand mengklaim jumlah pemrotes sudah turun drastis dari sekitar 30 ribu pada Senin menjadi belasan ribu pada Kamis (16/1).
Meski demikian, sejumlah perguruan tinggi terkemuka seperti Chulalangkorn University masih meliburkan mahasiswa.
Semula aktivitas perkuliahan dihentikan sejak Senin-Rabu (13-15/1), namun pimpinan universitas memperpanjangnya hingga Jumat (17/1) dengan alasan adanya krisis politik, disertai seruan agar warga kampus menjauhi pusat-pusat aksi massa.
"Seruan untuk menjauhi pusat-pusat aksi massa juga telah dikeluarkan secara resmi oleh KBRI di Bangkok," kata Dubes.
KBRI Bangkok telah membentuk tim bekerja sama dengan masyarakat dan mahasiswa Indonesia untuk memberikan informasi dan bantuan yang diperlukan bagi WNI terkait demonstrasi itu.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014