Mojokerto (Antara Jatim) - Wedang secang, mungkin nama salah satu minuman tersebut hanya dikenal segelintir masyarakat di Indonesia karena ketersediaannya memang langka di penjuru Nusantara.
Namun, berbeda ketika penggemar kuliner berkenan menginjakkan kaki di PPLH Seloliman, Mojokerto. Mereka berkesempatan menikmati minuman penghangat tubuh yang dipercaya sebagai favorit para Raja Kerajaan Majapahit.
"Meski warnanya mirip merah darah, tidak perlu ngeri saat meminumnya. Warna tersebut adalah ciri khas kulit Pohon Secang (Caesalpinia sappan L)," kata salah satu konsumen Wedang Secang, Djoko Susanto, di Mojokerto, Kamis.
Wedang Secang, sebut dia, dibuat dengan cara merebus Kayu Secang yang sudah diserut dan dicampur dengan kapulaga, kayu manis, serai, dan sedikit jahe.
"Manfaat lain minuman tradisional ini tidak banyak diketahui orang," ujarnya.
Padahal, tambah dia, bisa untuk meningkatkan stamina, mengatasi perut kembung, masuk angin, dan mengatasi gangguan pembuluh darah koroner yang menyempit. Bahkan, berfungsi melancarkan peredaran darah.
"Untuk menikmatinya, Wedang Secang sangat cocok diminum ketika masih hangat," katanya.
Ia menyarankan, saat merebus sebaiknya menggunakan alat perebus yang terbuat dari gerabah (tanah liat) karena bisa mempertahankan aroma dari Wedang Secang.
"Cara penyajian minuman yang dijual dengan harga di bawah Rp10.000 per cangkir, lebih baik memakai poci tanah. Dijamin lebih nikmat dan lebih terasa tradisional," katanya.
Akan tetapi, lanjut dia, ada sejumlah hal yang diperhatikan yakni Wedang Secang hanya boleh dikonsumsi setelah warna menjadi coklat kemerahan. Minuman ini mampu bertahan selama 6-7 jam jika tidak masuk di almari pendingin.
"Bila dimasukkan di dalam mesin pendingin, minuman ini bisa tahan sampai 24 jam. Bagi penderita penyakit diabetes, bisa menggunakan madu sebagai pemanis," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014