Lumajang (Antara Jatim) - Bagaimana melihat gaya atau "action" petani-petani dari lereng Gunung Semeru di balik layar kaca? Sepertinya, tidak lama lagi bakal terealisasi dan semuanya bisa melihat polos-polosnya wajah mereka.
Rencananya, dalam waktu dekat ini, berdasarkan informasi dari Kementerian Pertanian akan ada syuting untuk film dokumenter tersebut dengan mengambil lokasi di wilayah Kecamatan Senduro, Kecamatan Lumajang. Dipilihnya Senduro karena kawasan ini sangat khas dan dikenal sebagai penghasil pisang, khususnya jenis Mas Kirana.
"Adanya film dokumenter tentang Pisang Mas Kirana ini akan menjadi salah satu daya tarik tersendiri baik bagi turis domestik maupun mancanegara. Ceritanya terkait proses penanaman, panen sampai pada pasca-panen," ujar Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang, Donny Ananto.
Pisang jenis ini merupakan salah satu produk unggulan Jawa Timur yang saat ini sudah menembus pasar nasional dan internasional. Yang membanggakan, pisang yang bentuknya mungil dan imut-imut ini menjadi salah satu buah wajib di Istana Negara.
"Semoga langkah ini berhasil dan membuat Pisang Mas Kirana semakin dicintai serta dicari masyarakat," kata dia.
Selain Pisang Mas Kirana, di daerah tersebut juga dikenal dengan pisang agung, yang sudah terlebih dulu menjadi ikon Lumajang, hingga dikenal sebagai "Kota Pisang". Karena sudah lama dan punya spesifik, rasanya pun lebih manis dari pisang tanduk lainnya.
Khusus Pisang Mas Kirana adalah buah siap makan, dan kini sudah menjadi ikon nasional. Produk pisang ini agak sulit diperoleh di Lumajang, karena lebih cepat laku di pasaran. Budidaya Pisang Mas Kirana dikembangkan di tiga kecamatan di Lereng Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl) yakni di Kecamatan Senduro, Pasrujambe, dan kini diperluas ke Kecamatan Gucialit.
Secara keseluruhan produksi Pisang Mas Kirana di tiga kecamatan tersebut sebanyak 216.515 kuintal per hektare per tahun. Bahkan, pemerintah pusat melalui Menteri Pertanian sudah mengeluarkan keputusan dengan Nomor : 516/Kpts/SR.120/12/2005 yang menyatakan bahwa Pisang Mas Kirana sebagai varietas unggul di Kabupaten Lumajang dan sudah mendapat sertifikasi.
Berbicara soal pasar saat ini, Donny mengatakan buah segar seperti Pisang Mas Kirana paling banyak diminati masyarakat karena bentuknya yang mungil dan manis rasanya. Karena itulah pisang jenis ini lebih punya prospek.
"Selain dari BPPT, pembibitan juga dari dinas pertanian sendiri yang melakukan pembinaan dan petani sendiri melakukan secara kelompok. Tahun lalu pernah diadakan pelatihan pembibitan, namun untuk pengembangan Pisang Mas Kirana sementara ini terbatas dengan lahan," katanya.
Sebetulnya, Pisang Mas Kirana ini sudah melalui "standard prosedur operasional" untuk budidayanya. Bahkan sudah didaftarkan ke register kebunnya sebagai persyaratan untuk ekspor, seperti SNI untuk buah.
Sementara untuk jenis pisang agung ada dua, yaitu pisang agung talun dan pisang agung lokal. Bedanya, pisang agung talun lebih besar dan bentuknya bagus, hanya rasanya tidak semanis pisang agung lokal. Sedangkan pisang agung lokal bentuknya lebih kecil dan harganya pun berbeda.
Biasanya petani pisang agung bekerja secara berkelompok dengan menyewa lahan bersama-sama, dikerjakan dan dirawat bersama-sama hasilnya dimasukkan ke kas, nantinya ada semacam bagi hasil.
"Demikian juga dengan Pisang Mas Kirana, dan telah menjalin kerja sama dengan BNI hingga membangun Kampung Pisang BNI. Sebagai binaan BNI, akan dibuatkan gapura, jalan kawasan agribis termasuk modalnya akan dipinjami oleh BNI dengan bunga murah," kata Donny.
"Go International"
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian di Kementerian Pertanian mencatat bahwa ekspor pisang Indonesia dari tahun 1999 sudah mencapai 77.472,68 ton dengan nilai 14.073.670 dolar AS dan tahun 2000 volume ekspor menurun, sedangkan volume ekspor pada tahun 2002 sebesar 512,27 ton senilai 979.730 dolar AS.
Kementerian Pertanian juga menyebutkan bahwa beberapa jenis pisang yang mempunyai peluang untuk dikembangkan menjadi komoditas ekspor yakni jenis pisang mas, pisang raja, pisang ambon dan pisang raja bulu. Di beberapa negara seperti Thailand, Filipina, Malaysia dan Ekuador, pisang komoditas ekspor diusahakan secara perkebunan, tentu dengan kemasan dan "packing" yang baik untuk diekspor.
Perkembangan Pisang Mas Kirana mendapat apresiasi dari pemerintah pusat. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah berkunjung beberapa waktu lalu. Selain itu, Menteri Pertanian Suswono tahun lalu juga sempat "turun gunung" ke desa tersebut untuk memberi suntikan moral terhadap perkembangan pisang.
Dalam kunjungannya, Suswono mengatakan Indonesia harus menyesuaikan selera pasar dunia dengan mengurangi penggunaan zat berbahaya dan penerapan praktik pertanian yang baik (Good Agricultural Practices), agar buah lokal layak untuk di ekspor dan tidak ditolak pasar dunia.
"Pisang Mas Kirana yang dikembangkan di Kecamatan Senduro memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor karena bentuk dan kualitasnya bagus. Indonesia memiliki kesempatan emas untuk merebut pasar di Asia Tenggara," tuturnya.
Tentu saja, dukungan pemerintah pusat untuk menjadikan pisang mas kirana disambut baik oleh sejumlah kelompok tani yang tergabung dalam gabungan kelompok tani (gapoktan) "Raja Mas" yang mengembangkan sentra Pisang Mas Kirana.
Ketua Gapoktan "Raja Mas" Achmad Nur Cholis mengatakan bentuk buah dan rasa manis buah Pisang Mas Kirana menjadi salah satu faktor peluang untuk diekspor ke beberapa negara.
Kandungan gizi yang terdapat dalam setiap buah pisang matang adalah 99 kalori, protein 1,2 gram, lemak 0,2 gram, karbohidrat 25,8 mg, serat 0,7 gram, kalsium 8 mg, fosfor 28 mg, besi 0,5 mg, vitamin A 44 RE, vitamin B 0,08 mg, vitamin C sebanyak 3 mg dan air 72 gram.
"Beberapa keunggulan Pisang Mas Kirana dibandingkan dengan pisang lain yakni hanya dapat tumbuh di lereng Gunung Semeru, ukurannya pas sebagai buah segar, penampilannya cantik, kandungan gizinya cukup banyak," ucapnya.
Menurut dia, sebagian besar warga menjadi petani Pisang Mas Kirana dengan bantuan bimbingan dari petugas penyuluh lapangan karena banyak warga yang tertarik menanam pisang mas kirana karena keuntungannya cukup besar.
Luas kebun pisang mas kirana di Kecamatan Senduro sekitar 425 hektare dan 75 persen di antaranya dari Desa Kandang Tepus, dengan produksi sekitar 250 ton per tahun, tuturnya.
Pisang Mas Kirana di Desa Kandang Tepus dipasarkan di sejumlah daerah seperti Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Tangerang, dan Jakarta, dengan permintaan sebanyak 350 ton per tahun.
"Petani mampu mendapatkan penghasilan sebesar Rp32 juta per tahun per hektare dengan melakukan budi daya Pisang Mas Kirana, sehingga banyak warga yang beralih menanam Pisang Mas Kirana tersebut," katanya.
Akan tetapi, petani setempat belum mampu memenuhi kebutuhan pasar karena berbagai faktor, namun pengembangan budi daya Pisang Mas Kirana terus dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar. Kendati demikian, petani terus melakukan terobosan untuk membudidayakan Pisang Mas Kirana, agar komoditas buah khas Kabupaten Lumajang tersebut bisa masuk di pasar ekspor.
Sementara itu, Petugas Penyuluh Lapangan, Kamtur Sulaiman menjelaskan perawatan Pisang Mas Kirana tidak terlalu sulit, namun sebelum berbuah anak pisang harus diatur yakni maksimal tiga anak pisang dalam satu induk.
Tanaman pisang dipupuk dengan menggunakan pupuk kandang dan dalam waktu tiga bulan. Buah itu akan mengeluarkan jantung pisang dan petani harus membungkus pisang dengan plastik, agar tidak terkena penyakit dan buah pisang tetap bersih dari debu.
"Setelah matang, kemudian pisang dikemas ke dalam kardus dan segera dikirim ke sejumlah distributor yang memasarkan di luar Kabupaten Lumajang. Agar buah pisang tidak rusak, pisang yang dikemas dalam kardus diberi penyangga. Satu kardus berisi sekitar 11-12 sisir pisang, dengan berat bersih sekitar 11 kilogram," katanya.
Ia juga mengungkapkan potensi ekspor Pisang Mas Kirana ke beberapa negara cukup baik, namun petani belum mampu memenuhi kebutuhan pasar di dalam negeri. Pisang ini, kata dia, pernah dicoba untuk dipasarkan ke China dengan mengirimkan sebanyak dua kontainer yang masing-masing kontainer berisi 12 ton dan respons di sana cukup bagus.
Selain di China, Pisang Mas Kirana juga pernah dicoba dipasarkan ke Singapura, Jepang, dan Taiwan, namun dari segi volume masih kurang dan kualitas buah perlu ditingkatkan karena petani di Lumajang belum mampu memenuhi kebutuhan pisang di dalam negeri.
"Untuk mengarah kepada ekspor, petani harus melakukan registrasi kebun dan petani Pisang Mas Kirana sudah mendapatkan sertifikat prima tiga, yang menjadi salah satu syarat komoditas yang akan di ekspor ke luar negeri," katanya.
Tembus "AFTA" 2015
Tentang potensi Pisang Mas Kirani itu, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB) Malang Prof Sumeru Ashari MAgrSc PhD mengaku optimistis budidaya Pisang Mas Kirana khas Lumajang itu bisa mewakili Jawa Timur atau bahkan Bangsa Indonesia di dunia internasional sebagai buah yang layak dikonsumsi.
"Pisang Mas Kirana, Salak Pronojiwo dan sejumlah buah lainnya di Jatim sangat potensial diekspor ke luar negeri. Khas buah-buah di sana sudah tidak diragukan," katanya kepada Antara per telepon.
Hanya saja, pihaknya berharap pemerintah daerah berperan dalam hal pemasaran. Pemerintah, kata dia, wajib menjembatani antara petani dengan pihak supermarket, yakni pihak penjualan.
Selama ini, katanya, pemerintah hanya berbicara teknis tentang proses budidaya pertaniannya saja, namun belum menyentuh perihal marketing/pemasarannya.
"Akan lebih baik jika pemerintah langsung yang meminta pihak supermarket untuk titip produk. Semisal, Bupati setempat selaku raja kecil di daerah untuk mengintervensi supermarket agar mau menjualkan produk khas daerah," katanya.
Menurut dia, pasar yang cocok sudah tentu akan menguntungkan petani. Buah yang dibeli dari petani harus sesuai dengan harga yang dijual pengusaha kecil atau pedagang, sebab, fakta yang terjadi bahwa buah yang sudah dibeli pedagang atau pengusaha dari petani, dijual dengan harga yang jauh lebih mahal.
Potensi Pisang Mas Kirana itu juga diakui Bupati Lumajang Sjahrazad Masdar. "Pisang bisa menjadi pengganti makanan pokok, sehingga mengurangi ketergantungan rakyat Indonesia terhadap beras. Kami mengimbau masyarakat membudayakan konsumsi buah lokal, agar produksi buah para petani Indonesia dapat bertahan dan berkembang di negeri sendiri," kilahnya.
Apalagi, kandungan kalium yang cukup banyak terdapat di dalam pisang mampu menurunkan tekanan darah, menjaga kesehatan jantung, dan memperlancar pengiriman oksigen ke otak. Selain itu, kandungan Vitamin A yang tinggi dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap ISPA, kulit bersisik, dan kebutaan.
"Ke depan, ada harapan bahwa buah lokal Indonesia bisa membanjiri pasar internasional, tentu dengan kualitas yang bagus. Bagaimana pun, buah pisang memberikan banyak arti bagi kehidupan masyarakat, sehingga sangat tepat ketika ikon Kabupaten Lumajang adalah produk lokal unggulan Pisang Mas Kirana dan Pisang Agung Semeru.
Ia menuturkan, pengemasan dan pengelolaan pisang khas Lumajang itu harus dikembangkan dengan baik ke depan, dengan dukungan semua pihak, sehingga tanaman buah pisang khas lereng Gunung Semeru itu bisa tembus ke pasar internasional.
Apalagi, Pisang Mas Kirana yang menjadi buah lokal khas Lumajang, mulai dilirik pasar Eropa dan akan dikenalkan dalam "Expo Hortikultura" di Berlin, Jerman. Hal ini setelah ada kunjungan dari "Non-Government Organization" atau sebuah lembaga swadaya masyarakat, Joao Palacios Morales selaku konsultan buah dan sayuran dari "Swiss Import Promotion Programme" untuk melakukan penjajakan.
Menurut dia, banyaknya produk hortikultura impor ke pasaran Indonesia berdampak pada buah lokal di daerah. Namun pisang mas kirana membuktikan bahwa buah lokal khas Lumajang itu mampu memasuki pasar Eropa.
Survei telah dilakukan dan Dinas Pertanian memfasilitasi penjajakan itu dengan mempertemukan perwakilan SIPPO, Joao Palacios Morales, dengan kelompok tani. Selama kegiatan survei, pria berkebangsaan Kolombia itu cukup kagum terhadap upaya budidaya pisang mas kirana yang dihasilkan kelompok tani di Kecamatan Senduro seperti yang dikembangkan Kelompok Tani Raja Mas.
Bahkan, bergulirnya era "ASEAN Free Trade Area" (AFTA) atau Pasar Bebas Asia Tenggara pada 2015 tidak bisa dihindari akan mendorong produk-produk dari dalam negeri untuk mampu menyaingi dan bertarung merebut pasar di kawasan Asia Tenggara.
"Kami yakin bisnis pisang mas kirana diyakini dapat bersaing, mesk perlu upaya agar pisang tersebut semakin baik. Salah satunya adalah kemasan higenis dan berstandar internasional," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang, Paiman.
Ia mengaku salah satu cara memperkenalkan pisang ini yakni pemasaran melalui jejaring atau "online". Menurut dia, upaya untuk memperkuat produk secara lokal juga dilakukan yakni dengan mempromosikan Pisang Mas Kirana ke tengah masyarakat.
"Sekarang sudah ada 10 perusahaan yang menjalin kerja sama dengan para petani pisang mas kirana. Kemudian, promosi dari orang ke orang diperlakukan sembari memperkuat pasar pada tingkatan Kabupaten Lumajang dan sekitarnya," tutur dia.
Semua perusahaan itu telah melakukan pengiriman sebanyak 3.550 dus per kiriman. Selama sebulan pengirimannya bisa mencapai 31.400 dus dan pertahun menembus 376.800 dus. Setiap dus beratnya maksimal 11 kilogram. Per kilogram dihargai Rp5.500. Jika dihitung dalam setahun, maka bisa mencapai Rp22,7 miliar.
Pada tataran wilayah, lanjut Paiman, Pemkab Lumajang akan menelurkan regulasi terkait rencana tata ruang wilayah (RTRW). Melului regulasi tersebut akan ditetapkan lokasi-lokasi yang wajib tanam pisang, sehingga tidak semua wilayah kabupaten Lumajang ditanami pisang, melainkan ada komuditas lain seperti pohon Sengon.
"Secara regulasi belum ada keputusan lokasi wajib pisang, sedang kami atur melalui RTRW. Persaingan di pasar bebas mau tidak mau akan terjadi tapi lagi-lagi yang menentukan adalah pasar. Kalau pasar kita kuat juga akan kuat. Solusinya adalah penguatan di tingkat lokal itu," jelasnya.
Selain itu, Bupati Lumajang Sjahrazad Masdar memberikan solusi bagi petani termasuk petani Pisang Mas Kirana dengan meluncurkan program 'Sigarpun Bulat' yakni Aksi Gerakan Pemupukan Organik dan Benih Unggul Bersertifikat.
Program ini untuk mendorong partisipasi insan pertanian untuk melaksanakan pemupukan organik dan penggunaan benih unggul bersertifikat. Harapannya dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk pertanian di Lumajang. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013