Surabaya (Antara Jatim) - Dua Pakar Penanggulangan Bencana asal Jepang yakni Ketua Umum "Japan Paramedical Rescue" (JPR), Kiyoshi Masai dan Wakil Ketua "JPR", Masaru Harima memberikan pelatihan penanggulangan bencana kepada 30 anggota satuan pelaksana penanggulangan bencana (Satlak PB). Masai dalam penjelasan di gedung PMK Surabaya, Senin mengatakan pelatihan yang digelar selama tiga hari ke depan ini merupakan tindak lanjut dari pelatihan serupa yang pernah dilaksanakan pada 2009. "Bedanya jika pada 2009 peserta lebih banyak dihadapkan pada teori dan praktik simulasi, pada diklat sekarang sifatnya hanya menyegarkan apa yang sudah didapat dan diterapkan selama ini," kata Masai dihadapan peserta yang terdiri dari unsur instansi Pemkot Surabaya, Kepolisian serta Palang Merah Indonesia (PMI). Menurut dia pelatihan secara konsep akan dikemas dalam bentuk game atau permaianan koordinasi penanganan bencana. Meski hanya bersifat imajinatif, tapi poin pentingnya adalah untuk melatih kesigapan ketika menghadapi bencana berskala besar yang belum pernah terjadi. Pernyataan Masai itu diamini oleh Kepala Dinas Kebakaran Kota Surabaya, Chandra Oratmangun. Menurut dia, kendati Surabaya tidak punya potensi bencana alam besar, seperti gunung berapi maupun hantaman tsunami, namun kesigapan petugas tetap diperlukan setiap saat. Diakui Chandra diklat semacam ini sangat membantu PMK dan Satlak PB dalam hal peningkatan kemampuan. Ketika menghadapi bencana diperlukan ketenangan dan kematangan skill. Namun, kepanikan justru acap kali membayangi saat proses penanganan bencana. "Nah, para pakar dari Jepang ini mengajarkan kepada kami bagaimana menyinkronkan masing-masing dinas dan instansi yang punya tupoksi berbeda. Dan sejak pelatihan pada 2009 terlihat sekali hasilnya sekarang lebih solid dalam koordinasi," ujarnya. Sementara itu, Kasubag Pengendalian dan Evaluasi Bagian Kerjasama Pemkot Surabaya, Sony Ahadian menyatakan, latar belakang pelatihan ini didasari adanya program kemitraan antara Pemkot Surabaya dengan "Asian Urban Information Center of Kobe" (AUICK) yang terjalin sejak 1995. AUICK sendiri merupakan organisasi internasional berbasis di Kobe, Jepang yang fokus masalah populasi kependudukan dan misi-misi kemanusiaan. Dikatakan Sony, program reguler yang selama ini berjalan di antaranya pengiriman pegawai pemkot untuk mempelajari masalah lansia, penanganan HIV-AIDS, serta kesehatan reproduksi bayi. Lantaran Pemkot Surabaya dinilai aktif dalam implementasi program, maka AUICK memberi apresiasi penambahan program khusus untuk penanggulangan bencana. "Secara konkret, program tersebut berupa pengiriman tenaga ahli dari Jepang yang diharapkan dapat membagi ilmunya guna diaplikasikan di Surabaya," ujarnya.(*)

Pewarta:

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013