Surabaya (Antara Jatim) - Kepala Dinas Peternakan Jawa Timur, Maskur, meyakini harga daging sapi di provinsi ini yang rata-rata mencapai Rp80 ribu perkilogram stabil karena angka tersebut masih di posisi normal. "Kalau ada konsumen yang menjumpai harga daging di pasar perdagangan dijual Rp100 ribu perkilogram, berarti itu yang kualitas dagingnya bagus," katanya, di Surabaya, Jumat. Menurut dia, kini Dinas Peternakan Jatim telah menempatkan beberapa petugas untuk mengawasi adanya potensi penyelundupan sapi lokal ke luar daerah. Tindakan itu sudah sesuai aturan tata niaga yang berlaku yaitu berat sapi tidak boleh melebihi 400 kilogram. "Bahkan, untuk menjamin stok daging menjelang Lebaran 1434 Hijriah kami sudah minta Rumah Potong Hewan (RPH) tambah jumlah sapi yang dipotong. Dengan begitu, permintaan pasar bisa terpenuhi," ujarnya. Mengenai kenaikan harga daging sapi, Direktur Jasa Niaga Rumah Potong Hewan Surabaya, Lutfi Rachmad, menyatakan, karena adanya penyelundupan sapi lokal ke luar daerah. Akibatnya terjadi kelangkaan pasokan sapi siap potong untuk memenuhi kebutuhan wilayah. "Walau provinsi ini dikenal sebagai lumbung sapi nasional yang ketersediaannya surplus, tapi sapi lokal justru sulit dijumpai. Apalagi, banyak sapi yang dijual ke luar daerah," katanya. Di sisi lain, tambah dia, beberapa pedagang pasar tradisional hewan lebih memilih menyalurkan ternaknya ke penggemuk sapi. Lalu, mereka menjualnya ke luar daerah. "Dengan minimnya stok, akhirnya para penjagal terpaksa mengikuti harga yang ditawarkan oleh pengusaha penggemuk sapi. Hal itu karena umumnya peternak enggan menjual sisa sapi mereka tanpa adanya kebutuhan yang mendesak," katanya. Pada dua bulan terakhir, sebut dia, RPH Surabaya telah meningkatkan pasokan sapi potong. Untuk bulan Mei RPH Jalan Pegirian-Kedurus sebanyak 241 ekor per hari dan meningkat pada bulan Juni lalu menjadi 255 ekor per hari. "Jelang Lebaran mendatang, kami perkirakan stok sapi potong bisa dua kali lipat atau sekitar 500 ekor per hari," harapnya. Selain itu, Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar (PPSGD), Muthowif, melanjutkan, kenaikan harga daging sapi justru akibat efek pemotongan sapi betina yang marak pada tahun 2012. Faktor lain dikarenakan sistem tata niaga distribusi sapi yang kurang baik. "Selain itu, banyak daerah sentra sapi di Kabupaten Pasuruan, Tuban, dan Bojonegoro lebih memprioritaskan kebutuhan luar daerah," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013