Surabaya - Partisipasi aktif yang ditunjukkan warga Kota Surabaya dalam menjaga kebersihan dan keasrian kota Surabaya, berbuah manis. Di tahun 2013 ini, Kota Surabaya kembali berhasil meraih Piala Adipura Kencana untuk kategori Kota Metropolitan. Penghargaan paling bergengsi di bidang lingkungan ini diserahkan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dan diterima Walikota Surabaya, Tri Rismaharini di Istana Negara di Jakarta, Senin (10/6). Keberhasilan ini menjadi kado manis bagi Kota Surabaya yang baru saja memperingati Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-720 tahun pada 31 Mei lalu dan bagi segenap warganya. Dalam penilaian yang dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia dan juga Dewan Pertimbangan Adipura, Kota Surabaya berhasil mengungguli beberapa kota metropolitan di Indonesia seperti Medan, Jakarta dan Kota Bandung. Ini penghargaan kedua beruntun bagi Kota Surabaya setelah tahun 2012 lalu, Piala Adipura Kencana juga diterima Kota Pahlawan. Walikota Surabaya, Ir Tri Rismaharini MT mengatakan, keberhasilan Kota Surabaya dalam meraih penghargaan Adipura Kencana, tidak lepas dari partisipasi aktif segenap warga Kota Surabaya yang selama ini telah mendukung dan mensukseskan program-program yang dibuat Pemerintah Kota Surabaya baik dibidang lingkungan maupun di bidang lainnya. Menurutnya, keberhasilan Surabaya meraih Adipura Kencana berkat kebersihan jalan, kebersihan taman, taman, penghijauan, pedestrian, dan inovasi yang lebih baik daripada kota metropolitan lainnya. "Terima kasih kepada banyak pihak yang selama ini telah mendukung Pemkot Surabaya untuk ikut memelihara lingkungan sehingga Surabaya kembali meraih penghargaan Adipura Kencana. Penghargaan yang kita terima ini kado bagi kota Surabaya yang baru genap berusia 720 tahun. Prestasi ini harus dipertahankan," jelas walikota. Walikota mengatakan, piala atau penghargaan sebenarnya bukanlah tujuan utama dari kerja keras yang selama ini telah dilakukan. Namun, lebih kepada bagaimana upaya-upaya yang telah dilakukan dalam menjaga lingkungan dapat benar-benar dirasakan oleh semua pihak. Tidak kalah penting adalah upaya untuk menyadarkan masyarakat Surabaya terhadap pentingnya kebersihan. Ini karena kebanyakan orang menganggap bahwa kebersihan identik dengan budaya masyarakatnya. "Jika lingkungan di Surabaya bersih, itu menandakan adanya peradaban yang tinggi. Jadi bukan hanya kita dapat penghargaan, tetapi kita ingin dinilai berbudaya bersih. Negara-negara maju yang peradabannya sudah tinggi, bisa dilihat dari lingkungannya yang bersih," tegas walikota. Tidak hanya Piala Adipura Kencana yang berhasil diraih Kota Surabaya. Sekolah-sekolah di Surabaya juga berhasil meraih Piala Adiwiyata Mandiri dan Nasional yakni SDN Perak Barat, SD Islam Yamasa, SD SAIM, SMPN 16, SMPN 26 dan SMPN 4. Surabaya juga mendapatkan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) tingkat nasional. Serta, tiga (3) sertifikat Kalpataru nasional atas nama LSM Tunas Hijau, Pak Sugiarto Jalan Margorukun dan Sardjono Jalan Gayungan. Rencananya, Piala Adipura Kencana 2013 yang diraih Kota Surabaya untuk kategori Kota Metropolitan, akan diarak keliling kota pada Rabu (12/6) mulai dari pintu masuk Kota Surabaya di Jalan Ahmad Yani, hingga menuju Taman Surya di Balai Kota Surabaya. Di tahun 2012 lalu, Piala Adipura yang dibawa langsung Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini setibanya di Taman Surya, disambut oleh ratusan pasukan kuning, hijau, biru, para siswa sekolah peraih Adhiwiyata dan warga Surabaya lainnya. Tanda-tanda bahwa Kota Surabaya kembali berhasil meraih penghargaan Adipura Kencana di tahun 2013 sebenarnya sudah terlihat pada akhir April lalu. Pada waktu itu, Surabaya berada di peringkat teratas pada pemantauan tahap pertama (P1) pemeringkatan Adipura yang dilakukan Kementrian Lingkungan Hidup dan Dewan Pertimbangan Adipura. Kota Surabaya mengunggui 15 kota lainnya, baik kota Metropolitan dan kota sedang atau kecil yang masuk sebagai nominator peraih Adipura Kencana. Dalam paparan ekspose Adipura yang disampaikan oleh perwakilan dari Kementrian Lingkungan Hidup, Ujang Solihin Sidik di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya pada 6 April lalu, Kota Surabaya dalam tahap P1 mendapatkan nilai 75,81. Nilai itu paling tinggi dibanding kota metropolitan lainnya. Hanya saja, meski mendapat nilai tertinggi, masih ada beberapa komponen yang nilainya masih rendah seperti misalnya ada pasar yang belum bersih. Juga perkantoran di kecamatan yang nilainya masih belum menunjukkan bahwa Surabaya adalah kota Adipura Kencana. Merespon hal itu, Pemkot Surabaya bersama segenap lapisan masyarakat, langsung bekerja keras untuk membenahi kekurangan tersebut. “Beberapa titik yang diekspos pada pertemuan di Bappeko tersebut sudah kita perbaiki semua. Sehingga, Surabaya tetap mempertahankan Adipura Kencana,” ujar Musdiq Ali Suhudi, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pemkot Surabaya. Dijelaskan Musdiq, poin utama yang menjadi penentu sukses Surabaya meraih kembali Adipura Kencana untuk kategori Kota Metropolitan adalah kondisi kota yang hijau dan segar berkat keberadaan taman-taman kota dan juga di kampung-kampung. Udara di Kota Surabaya juga dinyatakan bersih. Khusus untuk taman kota, Surabaya bahkan sudah melampaui target 20 persen Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang disyaratkan oleh pemerintah pusat. Sekarang ini, prosentase hutan kota di Surabaya sudah mencapai 22 persen. Beberapa kampung di Surabaya juga sudah menjalankan Instalansi Pengolahan Air Minum (IPAM). Semua itu menjadi penegasan bahwa partisipasi warga Surabaya untuk ikut menjaga lingkungannya, sangat tinggi. “Itu beberapa hal yang menjadi titik keberhasilan Surabaya,” sambung Musdiq. Sukses Pemkot Surabaya dalam melakukan inovasi pengelolaan sampah, juga menjadi nilai plus. Diantaranya pembangunan rumah kompos guna melakukan daur ulang sampah dan mengurangi volume sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sampah mulai dipilah sejak awal sehingga jumlah sampah di TPA akan berkurang. Hasilnya, jumlah sampah di Kota Surabaya terus menurun. Jika pada beberapa tahun lalu, sampai mencapai 1.600 ton perhari. Berkat adanya rumah kompos, jumlah sampah perhari kini berkurang hingga 500 ton. Selain adanya rumah kompos, turunnya jumlah sampah juga disebabkan meningkatnya kesadaran warga Kota Pahlawan yang makin peduli dengan lingkungan. Banyak warga yang berinisiatif mendirikan bank sampah. Mereka bisa memaksimalkan keberadaan bank sampah karena sampah teryata bisa dimanfaatkan secara ekonomis dan memiliki nilai jual. Manajemen bank sampah kini sudah disejajarkan di sekolah-sekolah dan seluruh kampung. Kini, jumlah bank sampah sudah mencapai 135 bank sampah. Pada tahap P1, ada beberapa poin yang menjadi penilaian. Diantaranya nilai fisik pemukiman, nilai fisik jalan, nilai fisik pasar, nilai fisik sekolah, nilai fisik pertokoan dan juga nilai fisik perkantoran. Kemudian nilai fisik RSUD dan Puskemas, nilai fisik perairan terbuka, nilai fisik transportasi, nilai fisik TPA kampung nafre, serta nilai fisik hutan kota dan taman kota. Termasuk bagaimana upaya kota/kabupaten dalam pengendalian pencemaran air dan udara. Untuk pengelolaan sampah, diharuskan mengelola sampah minimal 14 persen dari jumlah timbunan sampah. Kemudian sampah sudah menjadi alternative sumber energy, adanya inovasi pengelolaan sampah, memiliki master plan pengelolaa sampah dan rencan penetapan Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Ada juga syarat keanekaragaman hayati, perubahan iklim (mitigasi dan adaptasi) dan sosial ekonomi. Dalam semua poin penilaian itu, Surabaya mendapatkan nilai plus. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013