Malang (Antara Jatim) - Sedikitnya 31 orang peserta tes calon mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur, Senin, tertangkap menggunakan jasa joki. "Jumlah peserta yang ketahuan menggunakan jasa joki ini bisa terus bertambah karena saat ini kami masih melakukan penggeledahan terhadap seluruh peserta tes," kata Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr Muhadjir Effendi disela-sela meninjau pelaksanaan tes di kampus setempat. Ia mengatakan, cara yang digunakan para joki untuk mendistribusikan jawaban pada kliennya (peserta tes) cukup canggih, yakni dengan menggunakan berbagai modifikasi alat komunikasi dan kamera berteknologi tinggi dan rapi. Lebih lanjut Muhadjir menjelaskan cara yang digunakan joki bersangkutan dan juga menjadi peserta tes ini cukup rapi. Namun, dari 31 peserta yang tertangkap ini hanya dua yang benar-benar joki karena bertugas mengirim foto atau rekaman soal-soal kepada pihak lain atau jaringannya yang berada di luar area kampus (tempat tes) melalui peralatan canggih. Muhadjir memperkirakan jika praktik perjokian tersebut merupakan sindikat yang sangat rapi, bahkan tidak menutup kemungkinan juga akan digunakan pada tes atau seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN). "Alhamdulillah, panitia seleksi yang dibantu oleh berbagai pihak akhirnya mampu mengungkap sindikat dan praktik perjokian yang sangat rapi ini. Ini bukan saja menjadi perhatian serius bagi UMM, tapi juga kepentingan yang lebih besar lagi, yakni nasional," tegasnya. Menyinggung jika ditemukan adanya pihak kampus yang terlibat dalam praktik perjokian tersebut, Muhadjir secara tegas mengatakan, akan langsung dipecat dan peserta yang terbukti menggunakan jasa joki juga langsung didiskualifikasi. "Kami tidak akan main-main dengan masalah ini, kami akan dalami lebih jauh lagi, bahkan kami sudah meminta bantuan pada Kapolresta Kabupaten Malang," ujarnya. Sementara itu, Pembantu Rektor (PR) II Achmad Fauzan menjelaskan jika modus yang dipraktikkan para joki dan peserta adalah dengan memodifikasi handphone dengan peralatan canggih lainnya. Hanya saja, handphone tersebut sudah "dikanibal", sehingga menjadi sangat tipis dan dibungkus kertas. Ia mengatakan, peralatan lainnya yang digunakan adalah kamera super mini yang berbentuk kancing, pin atau dimodifikasi pada jam tangan. Bahkan, pakaian yang dikenakan para peserta yang menggunakan jasa joki pun juga sudah dimodifikasi untuk memudahkan komunikasi. Untuk peserta perempuan, lanjutnya, handphone ditempel di dada dan disolasi (lakban) dan dihubungkan dengan "headset" yang tertutup oleh kerudung. Sedangkan, peserta laki-laki, handphone ditempel di paha dan dilakban, sementara headsetnya dimasukkan dalam baju lengan panjang. "Karena ada yang mencurigakan, petugas menggeledah seluruh peserta setelah tes berlangsung selama sekitar 20 menit. Dan, ternyata kami temukan 31 peserta yang menggunakan jasa joki dan mereka menggunakan perlatan yang sama," kata Fauzan, menambahkan. Sementara yang bertindak sebagai joki sendiri ada dua orang yang mengaku sebagai mahasiswa salah satu perguruan tinggi negeri terkenal di Surabaya. Kedua joki tersebut saat ini sudah diamankan dan ditangani terpisah dari peserta yang tertangkap oleh aparat kepolisian. Untuk peserta yang tertangkap menggunakan jasa joki diamankan di aula dekat gedung rektorat, sedangkan dua joki tersebut diamankan di tempat rahasia. Peserta tes yang paling banyak menggunakan jasa joki itu adalah dari Fakultas Kedokteran (FK) dan mereka berasal dari luar Jawa. Dari hasil interogasi yang dilakukan pihak rektorat terhadap peserta yang tertangkap mengghunakan jasa joki disebutkan, Untuk mendapatkan jawaban tes dari joki tersebut, setiap peserta membayar sebesar Rp250 juta. "Untuk transaksi nominal langsung dilakukan antara orang tua peserta dengan joki bersangkutan, sehingga peserta sama sekali tidak tahu. Namun, angka yang disebutkan joki yang tertangkap itu mencapai Rp250 juta bagi calon mahasiswa baru (camaba) FK," kata Fauzan.(*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013