Tuban (Antara Jatim) - Obyek wisata yang satu ini hanya berupa kolam air hangat di tengah-tengah kawasan hutan jati di Desa Sidorejo, Kecamatan Kenduruan, Tuban, Jatim. Meskipun hanya berupa kolam air hangat, obyek wisata yang dikelola Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Jatirogo, cukup ramai dikunjungi wisatawan domestik (wisdom) dari berbagai daerah di Jatim dan Jateng, terutama didominasi pengunjung kaum manula. "Pengunjungnya ramai kalau hari libur bisa mencapai lebih dari 400 pengunjung. Hari biasapun juga ada pengunjungnya, bahkan malam hari," kata penjaga karcis di pintu masuk obyek wisata setempat Raki (42). Ia menjelaskan obyek wisata pemandian air hangat Nganget mulai dikelola KPH Jatirogo bekerja sama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Desa Sidorejo, Kecamatan Kenduruan, sejak 2006. Pengunjung yang datang ke lokasi dikenai karcis tanda masuk yang besarnya Rp3.000/orang dan parkir kendaraan bermotor Rp1.000. Sebelum itu, sebagaimana dijelaskan Raki, obyek wisata itu juga sudah ramai dikunjungi pengunjung terutama asal Pati, Jateng untuk mandi air hangat di kolam. "Kemungkinan dari mulut ke mulut kemudian banyak pengunjung yang datang kesini, sebab diyakini dengan mandi air hangat bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit," jelas dia dibenarkan anggota LMDH Muhari yang menemani berjaga di pintu masuk. Lokasi obyek wisata setempat, katanya, luasnya sekitar 0,3 hektare terdapat tiga sumber air hangat untuk kolam yang paling besar dengan ukuran 7,5 meter persegi dimanfaatkan untuk berendam. Satu kolam lainnya berupa bak mandi dengan ukuran sekitar 3X6 meter khusus dimanfaatkan untuk pengunjung yang berbilas, setelah berendam di kolam mandi yang paling besar. Di sumber yang kecil yang lokasinya di bagian paling barat dilengkapi dengan sejumlah pancuran yang airnya biasa diambil pengunjung dengan mempergunakan jerigen untuk dibawa pulang atau langsung diminum. "Di lokasi sumber air hangat yang kecil ini disebut 'sendang lanang. Ada pancurannya tidak dimanfaatkan untuk mandi langsung, sebab airnya diambil untuk diminum pengunjung atau dibawa pulang," jelasnya. Di lokasi yang berbeda di Pratatan Kecamatan Parengan, juga di tengah-tengah kawasan hutan jati juga terdapat sejumlah sumber air hangat yang ramai dikunjungi pengunjung. Namun, menurut seorang pengunjung asal Bojonegoro Mustam (63), air hangat di Sidorejo lebih panas dibandingkan dengan air hangat di Prataan. Bahkan, lanjut dia, mandi air hangat di Nganget membawa khasiat bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit, termasuk dengan meminum air hangat di sumber setempat. Ia menunjuk salah satu warga Kecamatan Kepohbaru yang datang dengannya yaitu Muin (72), ketika berangkat tangan kanannya tidak bisa diangkat."Setelah berendam sekarang sudah bisa diangkat. Coba lihat itu orangnya yang mengangkat tangannya itu," ucapnya sambil menunjuk Muin yang sedang mengangkat tangan kanannya ke atas. Mustam juga menyebutkan salah satu warga lainnya Suri (55) yang terkena penyakit "stroke" semula bicaranya agak "pelo" dengan tangan "jimpe". "Sekarang sudah tidak pelo lagi, setelah berendam dua kali," ujarnya. Pengunjung yang berendam terutama manula harus hati-hati tidak bisa langsung mencebur, sebab bagi yang tidak tahan bisa pingsan. "Banyak pengunjung yang pingsan setelah berendam di air kolam air hangat, sebab tidak tahan," jelas Mustam. Mencapai lokasi obyek wisata setempat tergolong sulit, selain tidak ada kendaraan umum yang melewati lokasi itu, juga lokasinya harus melalui jalan makadam sepanjang 3 kilometer yang berbatu dengan penuh lumpur. "Jalan makadam sepanjang 3 kilometer itu dibangun tahun 2011 dari dana Perhutani Unit II Jatim sebesar Rp276 juta, Sebelum diperbaiki jalan masuk lebih jelek lagi," ucap Raki. Ia menjelaskan belum ada rencana jalan makadam itu diperbaiki, sebab KPH Jatirogo masih memiliki tanggung jawab mengembalikan dana untuk pembangunan jalan makadam yang dicicil rata-rata Rp10 juta/bulan. Kemungkinan, lanjut dia, kalau dana pembangunan jalan makadam sudah lunas, jalan menuju lokasi akan diperbaiki menjadi beraspal. Tidak hanya itu, lanjutnya, pemkab juga berencana mengembangkan obyek wisata Nganget dengan melengkapi permainan anak-anak. "LMDH Sidorejo yang ikut membantu mengelola saat ini memperoleh 10 persen dari penghasilan," tuturnya. Tukang Pijat Tradisional Pengunjung yang datang juga dimanjakan dengan tukang pijat tradisional yang ada di lokasi yang jumlahnya sebanyak sembilan tukang pijat, salah satunya tukang pijat perempuan. Meskipun lokasi pijat di tempat terbuka hanya dengan tidur di atas balai-balai bambu, akan tetapi semua tukang pijat tidak pernah ada yang kosong. "Tukang pijat yang ada di lokasi ini semua warga sejumlah desa di Kecamatan Kenduruan," jelas salah seorang tukang pijat Hury (48). Hury mengaku tukang pijat di lokasi setempat bisa memijat pengunjung rata-rata 10 pengunjung lebih, bahkan bisa mencapai 20 pengunjung baik laki-laki maupun perempuan dengan ongkos pijat berkisar Rp20 ribu-Rp25 ribu. "Bisa pijat dulu baru mandi atau mandi dulu baru pijat," ucap pemijat lainnya Soim (58). Di lokasi setempat juga dilengkapi dengan tempat ganti pakaian yang tarifnya Rp1.000/pengunjung dengan jumlah lima kamar mandi. Namun dengan membeludaknya pengunjung, kamar ganti pakaian sering tidak mampu menampung pengunjung, sehingga acapkali banyak dijumpai pengunjung yang berganti pakaian di balik semak-semak.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013