Magetan (Antara Jatim) - Sejumlah perajin sepatu dan sandal dari kulit di Lingkungan Industri Kulit (LIK) Magetan, Jawa Timur, mengeluhkan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) sebesar 4,3 persen per 1 April 2013 karena akan menambah beban produksi. Salah satu perajin kulit setempat Budi Ridarwan mengatakan, kenaikan TDL dapat mengancam kelangsungan usaha kerajinan kulit di sentra setempat yang mayoritas adalah industri kecil. "Kenaikan TDL tersebut semakin memberatkan perajin sepatu dan sandal di Magetan, sebab biaya operasional yang dikeluarkan untuk produksi juga meningkat," ujar Budi kepada wartawan, Jumat. Menurut dia, sebelum kenaikan TDL, biaya listrik 1.300 Watt yang dikeluarkan untuk operasional sekitar Rp900 ribu per bulan. Setelah TDL naik, perkirakan biaya listrik menjadi Rp1,1 juta per bulan. Kenaikan biaya listrik tersebut juga dibarengi dengan kenaikan harga bahan baku dan bahan pendukung lainnya sebesar 15 persen sejak Januari 2013. "Kulit sapi susah dicari sehingga harganya naik 15 persen. Sedangkan harga bahan pendukug seperti sol dan lem naik satu persen," terang Budi yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Asosiasi Perajin Kulit (Aspek) Magetan itu. Ia merinci, harga kulit sapi yang sebelumnya hanya sekitar Rp9.000 per "square feet", kini telah naik menjadi Rp15 ribu per "square feet". Keadaan tersebut semakin menyulitkan para perajin. Guna mempertahankan usahanya, Budi mengaku terpaksa ikut menaikkan harga jual produk sepatu dan sandal kulitnya. Pertengahan bulan April ini, pihaknya berencana menaikkan lima persen. "Setelah menaikkan harga pada pertengahan bulan ini, kami terpaksa akan menaikkan harga kembali sebesar lima persen di awal bulan depan. Sebab, jika tidak naik harga jualnya, kami malah bangkrut," kata dia.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013