Surabaya (Antara Jatim) - Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Kemenakertrans, Drs A Muji Handaya MSi, menegaskan bahwa TKW yang menjadi pembantu rumah tangga di Hong Kong dilatih program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). "Saat ada undangan ke Hong Kong pada Januari lalu, saya mengetahui ada TKW pembantu rumah tangga yang telah dilatih K3," katanya saat berbicara dalam seminar nasional K3 bertajuk 'Sosialisasi Budaya K3 di Indonesia' di Surabaya, Rabu. Dalam seminar yang digelar Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) itu, ia menegaskan bahwa hal itu berbeda dibandingkan dengan Indonesia. "Jangankan pembantu rumah tangga, orang industri saja di sini belum banyak yang menerapkan K3," katanya dalam acara yang juga dimeriahkan dengan pameran teknologi karya-karya alat mahasiswa PPNS dan pameran produk-produk kewirausahaan mahasiswa PPNS. Senada dengan itu, Direktur Pembinaan Norma Keselamatan Kerja Kementerian Tenaga Kerja Kemenakertrans, Ir Amri Abu Kasim, mengatakan K3 belum menjadi prioritas utama dalam perilaku dan budaya masyarakat industri di Indonesia. "Buktinya, angka kecelakaan kerja masih tinggi, kemudian Index pembangunan manusia (HDI) Indonesia juga masih rendah yakni peringkat 108 dari 177 negara pada tahun 2006," katanya. Ke depan, K3 harus menjadi standar, karena K3 menjadi tuntutan perdagangan global dan K3 akan mempengaruhi kinerja industri serta daya saing suatu negara. "Pemerintah sendiri sudah mengatur Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970, Pasal 87 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, dan PP Nomor 50 Tahun 2012," katanya. Sementara itu, Wakil Ketua Asosiasi Ahli K3 (A2K3) Pusat, DR Ir M Yudhi M Sholichin MBA M.Sc, mengatakan kegagalan dari bagian peralatan operasi menyebabkan permasalahan peralatan pabrik (Plant equipment). Permasalahan dimaksud antara lain, berhenti (emergensin operational), kerugian finansial, kehilangan nyawa/kecelakaan (safety), dan pengaruhnya terhadap lindungan lingkungan (environment). "Dengan didasari historical tersebut, maka sangat diperlukan adanya perencanaan inspeksi dan strategy pemeliharaan yang komprehensif dan terukur secara kualitatif maupun kuantitatif terhadap kondisi setiap bagian dari peralatan pabrik," katanya. Hal ini dimungkinkan apabila ada prediksi atau penilaian umur pakai (life time assessment) yang kemudian dikalkulasi dengan aturan-aturan tertentu pada metode RBI (Risk Based Inspection) untuk mendapatkan Ranking kemungkinan terjadinya failure (Pof) dan konsekuensi kegagalan plant (COF). "RBI menjadi sangat penting didalam mengintegrasikan dengan kondisi operasional, ekonomisnya umur plant yang sesuai dengan arah pencapaian tujuan yang berkualitas, handal, aman dan ekonomis sepanjang umur pakai desain," katanya. Dalam kesempatan itu, Direktur Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Ir Muhammad Mahfud M.MT FRINA menegaskan bahwa PPNS bertekad menjadi pelopor institusi pendidikan K3 yang akan menyosialisasikan budaya K3 kepada SMK-SMK di Indonesia. "Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya sebagai perguruan tinggi penyelenggara program studi Teknik K3 telah mendapatkan mandat dari Kemenakertrans untuk mewujudkan 'Indonesia Berbudaya K3 Tahun 2015', karena itu kami juga mempunyai program insidental, misalnya perayaan bulan K3," katanya. Untuk tahun 2013, dalam rangka bulan K3, PPNS menyelenggarakan serangkaian Lomba "Safety Competition PPNS 2013" dan seminar nasional. Lomba yang dimotori oleh Mahasiswa Program Studi teknik K3 PPNS meliputi Lomba Artikel K3, Poster K3, dan Foto K3 yang diikuti oleh 324 peserta dari perguruan tinggi negeri dan swasta di Jawa Timur. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013